Search
Close this search box.

Janji Adalah Janji: Waktunya Beraksi Untuk Mengakhiri kekerasan terhadap Perempuan

Aarif Young*

Hari Perempuan Internasional yang dirayakan setiap tanggal 8 Maret menjadi bukti jika perempuan memang ada dan berhak mendapatkan hak-haknya.

Hujan deras yang mengiringi langkah kaki dari tiap demonstran tidak menyurutkan aksi damai yang dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia hingga Istana Presiden ini. Mereka tetap melanjutkan aksi damai tersebut meskipun harus basah kuyup. Aksi tersebut mengundang rasa penasaran pejalan kaki dan pengguna jalan yang melintas.

Dengan tema tahun ini yang berjudul “A Promise is a Promise: Time for Action to End Violence Against Women”, para perempuan Indonesia menagih janji kepada Badan Pengawas pemilu (BAWASLU), Kementrian Agama (Kemenag), Kementrian Negara Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (Meneg PP), Kementrian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Kementrian Perhubungan (Kemenhub), Mahkamah Konstitusi (MK), Kementrian Koordinasi dan Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra), dan terakhir tentu saja kepada Presiden

Mereka menginginkan presiden untuk memenuhi janjinya dengan menginstruksikan instansi pemerintah menindak tegas kasus-kasus atau pemberitaan tentang intoleransi berbasis agama, pengkriminalisasian tubuh perempuan, sosok perempuan lesbian yang dikriminalkan, upah buruh perempuan yang ditangguhkan, kejahatan seksual yang semakin merajalela, sunat perempuan yang diharuskan untuk mencegah “keliaran” perempuan, kekerasan perempuan lesbian (missal; diskriminasi kerja, KDRT, paksaan menikah), dan masih banyak yang lainnya.

Perempuan Indonesia menggugat presiden beserta para instansi yang berada di bawahnya untuk menghapuskan diskriminasi, kekerasan, dan pemiskinan terhadap perempuan. Mereka menginginkan hak yang sama seperti laki-laki pada umumnya. Mereka juga menginginkan Presiden segera merealisasikan kebijakan pro perempuan dan menghapus kebijakan yang mendiskriminasi serta memiskinkan perempuan.

Perjuangan Ibu Kartini untuk perempuan Indonesia memang belum selesai hingga saat ini. Kartini-Kartini Indonesia selanjutnya harus memperjuangkan hak-hak Kartini Nusantara yang masih mendapatkan intervensi, intimidasi, bahkan diskriminasi. Jangan menyerah Kartini Modern, Indonesia bangga padamu! Selamat Hari Perempuan Internasional 2013 .

 

*Sahabat Our Voice