Search
Close this search box.

Ourvoice.or.id. Apple, Google, Facebook, Amazon dan Microsoft hanyalah segelintir dari ratusan perusahaan yang telah menandatangani pengajuan terhadap Mahkamah Agung Amerika Serikat terkait pembatasan legalisasi pernikahan sejenis yang secara tidak langsung mencederai bisnis mereka.

Tercatat 278 perusahaan bergabung untuk mendukung pengajuan nota kesepakatan tersebut. Perusahaan teknologi besar lainnya yang ikut ambil bagian dalam aksi tersebut, antara lain Adobe, Cisco, eBay, Electronic Arts, Intel, Intuit, Oracle, Twitter, dan Zynga.

Sebagaimana dilansir wired.com (23/2), perusahaan teknologi bukan satu-satunya yang genjar menyuarakan pembatalan UU pernikahan yang diresmikan federal Amerika terkait pembatasan pernikahan sejenis. Beberapa perusahaan besar non-tekno lainnya juga ikut mendukung, termasuk Citigroup, Johnson & Johnson, Goldman Sachs, Nike, CBS Corp, Starbucks, dan Disney.

Konflik antara hukum dan DOMA (The Defense of Marriage Act ), yang melarang pengakuan federal terhadap pernikahan sejenis dinilai membebani perusahaan dengan biaya tambahan dan birokrasi yang rumit. Akibatnya, DOMA menempatkan perusahaan dalam posisi yang memaksa mereka untuk membeda-bedakan karyawan karena masalah orientasi seks.

Menurut mereka, keberhasilan perusahaan tidak tergantung pada orientasi seks karyawan, melainkan kinerja dan moral pekerja. Para pemilik perusahaan berpendapat bahwa penegak hukum seharusnya mengurangi efek diskriminatif dari DOMA, yang telah diberlakukan sejak 21 September 1996.

DOMA merupakan adalah hukum federal Amerika Serikat yang mendefinisikan pernikahan sebagai hukum persatuan antara seorang pria dan seorang wanita untuk tujuan pengakuan federal dan antar negara bagian di Amerika Serikat.

Peraturan tersebut telah disahkan oleh kedua majelis Kongres dan ditandatangani menjadi undang-undang oleh Presiden Bill Clinton pada tanggal 21 September 1996 silam. Berdasarkan undang-undang tersebut, maka tidak ada negara bagian atau subdivisi politik di Amerika yang mengakui pernikahan sejenis dari negara lain.

Namun, moral dan uang bukanlah satu-satunya isu yang disuarakan beberapa perusahaan besar dunia. Banyak perusahaan yang mengatakan bahwa DOMA memaksa mereka untuk mengkhianati prinsip-prinsip mereka yang melarang diskriminasi di tempat kerja berdasarkan orientasi seksual dan status pernikahan.

Seorang profesor hukum di Stanford University, Jane Schacter, yang mengkhususkan diri dalam hukum konstitusional dan orientasi-seksual, juga mengatakan bahwa pandangan masyarakat telah berubah dan jajak pendapat mulai menunjukkan dukungan mayoritas untuk pernikahan sejenis, terutama di kalangan kaum muda. Schacter yakin banyak perusahaan menilai bahwa dukungan untuk pernikahan sejenis sebagai langkah pemasaran yang baik.

Sumber : merdeka.com