Search
Close this search box.

Ourvoice.or.id. Layar-layar bioskop di Singapura sesaat lagi akan menayangkan film kontroversial yang sebelumnya dilarang beredar karena dianggap menyinggung ras tertentu.

Film berjudul “Sex. Violence. Family Values” itu akan memulai debutnya pada 14 Maret mendatang. Sang sutradara sempat bersitegang dengan badan sensor film setempat mengenai bagian tertentu karyanya yang dianggap diskriminatif.

Distributor film, Cathay Cineplexes, akan melempar film itu ke lebih banyak bioskop dibanding rencana awal. Niatan tersebut ditujukan untuk “memenuhi rasa penasaran sejak larangan kontroversial itu digulirkan,” kata pihak produser film pada Selasa.

Film karya sutradara Ken Kwek ini berisi tiga karya pendek yang mengeksplorasi masalah-masalah yang dianggap sensitif di Singapura: keluarga berantakan, rasisme, dan seks bebas.

Lembaga sensor film setempat, Media Development Authority (MDA), pada awalnya meloloskan film itu untuk bisa ditayangkan di bioskop Oktober tahun lalu. Namun, pada bulan yang sama, mereka memutuskan menarik film itu dari peredaran karena ada bagian yang dianggap menyinggung masalah ras.

Pada saat itu, juru bicara MDA How Hwei Ling menyatakan bahwa lembaga itu “tidak berupaya melampaui batas-batas yang masih bisa diterima masyarakat, maupun mempertahankan status quo ketika masyarakat telah berubah.”

MDA menyoroti satu dari tiga film, yakni “Porn Masala.” Dalam film itu, seorang sutradara film porno yang bersuku Cina memuntahkan pelbagai umpatan bernada rasial kepada aktor bersuku India. Kwek berulang kali menegaskan bahwa bagian yang dituding kasar dan melecehkan itu justru ditujukan menyerang rasisme dan stereotip negatif lain melalui satir dan parodi.

Pihak berwenang menarik larangannya pada bulan lalu. Namun, mereka menerapkan batasan umur penonton lebih ketat. Jika sebelumnya usia minimal penonton 18 tahun, kini menjadi 21 tahun. Film ini pun harus disunting ulang. Kwek lantas melakukan manipulasi suara di filmnya sepanjang delapan detik dari sekitar 47 menit total durasi.

Sumber : wsj.com