Ourvoice.or.id. Arko Chatterjee, juara nasional karate berusia 14 tahun, selama enam tahun terakhir ini telah mendesak kakak perempuannya untuk mengambil kelas bela diri. Namun kakaknya, 17 tahun, berulang kali menolak permintaan adiknya tersebut karena menganggap bela diri sebagai olahraga yang terlalu jantan bagi dirinya.
Situasi ini berubah bulan lalu. Sneha Chatterjee akhirnya menginjakkan kakinya dalam sebuah kelas seni bela diri perdananya: sebuah program bela diri yang berlangsung selama sebulan penuh. Sneha mengatakan, pemerkosaan massal terhadap seorang perempuan di New Delhi pada 16 Desember mendorongnya untuk mendaftar pada kursus tersebut.
“Saya khawatir,” ujar Sneha, pelajar SMA jurusan IPA. “Bagaimana kalau peristiwa tersebut menimpa saya?”
Ketakutan tersebut ada dalam pikiran ribuan perempuan di ibu kota India tersebut. Menurut sejumlah pelatih bela diri, pemerkosaan brutal tersebut memicu lonjakan jumlah perempuan yang mendaftar kursus bela diri di New Delhi. Kasus pemerkosaan tersebut secara umum telah memicu seruan yang menuntut peningkatan keamanan perempuan di India.
Bharat Sharma, sekretaris asosiasi bela diri All India Karate-Do Federation di New Delhi, memperkirakan setidaknya 500 perempuan di New Delhi telah mendaftar kursus bela diri sejak peristiwa tersebut mencuat. Menurut Sharma, biasanya mereka menerima 25 murid baru setiap bulannya.
Perhitungannya didasarkan pada angka-angka dari lebih dua lusin akademi bela diri yang terafiliasi dengan asosiasinya. “Ini sungguh fenomenal,” ujar Shrama, yang juga menjadi konsultan bela diri bagi Garda Keamanan Nasional India (NSG), sebuah pasukan anti-teroris federal. “Kami belum pernah melihat minat sebesar ini,” tambah Sharma.
Nada yang sama diutarakan oleh juara nasional karate tujuh kali, Aniket Gupta. Menurut ahli bela diri yang mengepalai Sports Karate di New Delhi tersebut, perempuan India kini beramai-ramai mendaftar kursus bela diri.
Di akademinya yang terletak di Dwarka, sebuah daerah di Delhi, Gupta mengajarkan teknik-teknik agar perempuan dapat melepaskan diri dari cengkeraman penyerangnya, melumpuhkan penyerang dengan pukulan dan tendangan, serta tips untuk mempertajam refleks.
Sejak insiden tersebut , sekitar 50 perempuan –dari ibu rumah tangga hingga wanita karir – telah mendaftar di kelas bela diri di akademi Gupta. Sebelum kasus pemerkosaan yang ramai diberitakan media tersebut, ia hanya mendapat kurang dari 10 pelajar baru setiap bulannya. Sekolah bela diri Gupta memiliki program satu bulan atau tiga bulan.
Rajan Jha, yang awal bulan ini mendaftar untuk program satu bulan, mengatakan kelas bela diri Gupta tersebut amat membantu. Ibu dua anak berusia 31 tahun tersebut mengaku kini mampu melumpuhkan lawan dengan mengunci sikutnya serta menyerang balik dengan menargetkan titik-titik tekanan di tubuh lawan.
Menurut Jha, banyak perempuan, terutama ibu rumah tangga, menjadi target pemerkosaan karena dianggap lemah secara fisik. “Tidak lagi,” ujar Jha.
Seminggu usai Jha mendaftar kelas bela diri, beberapa ibu rumah tangga di lingkungannya pun turut bergabung, demikian menurut Jha.
Dalam beberapa minggu terakhir, India Inc. juga mempelopori program bela diri dan pelatihan untuk karyawannya. Sebuah survei yang digelar oleh ASSOCHAM –sebuah lembaga perdagangan terkemuka di India –mendapati satu dari tiga perempuan yang disurvei oleh firma informasi teknologi di New Delhi tersebut telah mengurangi jam kerjanya atau bahkan mengundurkan diri.
Menurut Rajesh Dhahiwal, direktur Trident Tactical Solutions Ltd., firma yang mengadakan pelatihan bela diri, banyak perusahaan kini khawatir, terutama bagi mereka yang memiliki jam kerja panjang.
Dhahiwal mengatakan konglomerasi seperti Tata DOCOMO dan Reliance Group telah meminta timnya untuk menggelar pelatihan bela diri di setiap kantor cabangnya di New Delhi. Minggu lalu, Dhahiwal memberikan pelatihan bela diri bagi karyawan perempuan di grup perhotelan Jaypee Hotels di New Delhi. Di pelatihan tesebut, Dhahiwal mengajarkan tips dasar bahasa dan refleks tubuh, yang dapat dipahami dengan mudah oleh murid perempuannya.
Dalam sebuah iklan surat kabar yang dirilis oleh kepolisian Delhi Kamis lalu, kepolisian mengumumkan rencananya untuk menyelenggarakan latihan bela diri tambahan bagi kaum hawa di Delhi. Rencana ini hanyalah satu dari sekian inisiatif yang dilakukan kepolisian. Menurut juru bicara kepolisian Delhi, divisi polisi wanita Delhi minggu lalu menggelar latihan bela diri bagi pelajar perempuan di sekolah dan universitas negeri.
“Kami melakukan apapun yang kami bisa untuk meyakinkan bahwa perempuan dapat berjalan-jalan di Delhi tanpa merasa takut,” ujar Rajan Bhagat, juru bicara kepolisian Delhi.
Gerakan bela diri juga telah meluas di luar Delhi. Contohnya, di negara bagian Madhya Pradesh, pemerintah minggu lalu menggelar latihan bela diri bagi pelajar perempuan di sekolah-sekolah negeri. Negara bagian tersebut memiliki tingkat kasus pemerkosaan tertinggi di India pada 2011.
Universitas Negeri Punjab baru-baru ini pun mengumumkan rencananya memulai kelas bela diri bagi mahasiswi yang tinggal di lingkungan kampus. Langkah tersebut diambil menyusul pemerkosaan beramai-ramai terhadap seorang perempuan 29 tahun di negara bagian di utara India tersebut minggu lalu. Peristiwa ini kian memicu kekhawatiran terhadap keamanan perempuan di India.
Sumber : wsj.com