Search
Close this search box.
Katie Hill dan Arin Andrews

Ourvoice.or.id. Tidak sedikit cerita mengenai seseorang yang mengalami pergolakan batin antara jiwanya dengan tubuh yang ia miliki. Hal yang sama terjadi pada Katie Hill dan Arin Andrews. Saat itu keduanya belum pernah bertemu, dan persamaan nasib mempertemukan keduanya.

Katie Hill menghabiskan 15 tahun kehidupannya sebagai bocah lelaki bernama Luke. Sementara Arin dahulu bernama Emerald selama 16 tahun. Keduanya sama-sama berjuang di tempatnya masing-masing setelah mengalami pergolakan batin dengan identitas yang mereka miliki. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk sama-sama melakukan terapi hormon di Tulsa, Oklahoma.

Siapa sangka, keduanya bertemu dan mulai jatuh cinta. Arin melakukan suntik testosterone untuk membuat dirinya memiliki lekuk tubuh yang lebih maskulin. Bentuk tubuh yang sangat diidamkan oleh jati dirinya. Sementara Katie melakukan terapi hormon estrogen untuk membentuk payudara natural tanpa implan silikon.

Dorongan untuk menjadi lawan jenis mereka memang sudah dirasakan sejak kecil. Bahkan Katie merasakannya sejak usia tiga tahun. Jauh di lubuk hatinya, ia ingin menjadi seorang wanita, bermain dengan boneka dan ia sangat merasa tidak nyaman dengan tubuh prianya.

Sementara Arin merasakan hal yang sama sejak tahun pertama ia sekolah. Saat ia masih kecil, gurunya memisahkan anak laki-laki dengan perempuan dan Arin merasa tak mengerti kenapa ia haus ditempatkan di barisan wanita. Arin merasa tidak tertarik dengan berbagai benda anak perempuan, namun ia cemas dengan anggapan orang bila dia ingin berubah menjadi pria.

Arin kecil selalu dimotivasi oleh sang ibu untuk ikut kontes kecantikan dan tari balet. Namun jauh di lubuk hatinya, Arin sangat senang melihat sepeda motor hingga panjat tebing. Namun perubahan Arin akhirnya didukung oleh orang tuanya dengan melakukan suntik testosteron.

Namun perubahan kelamin pastinya membawa masalah baru. Banyak yang mengatakan Arin lesbian, sehingga membuatnya merasa terkucilkan. Ia mulai berpikir untuk bunuh diri dan sebagainya. Arin pernah ditolak sebuah sekolah Kristen meski dia adalah murid paling pintar. Ia berpindah sekolah hingga akhirnya bertemu dengan Katie.

Katie pun mengalami kisah yang tak jauh berbeda. Ia sempat hampir depresi karena ingin menjadi wanita. Sang ibu begitu khawatir akan keadaan Katie sehingga mengijinkannya. Sementara sang ayah sempat sedikit putus asa untuk menerima keadaan Katie, namun seiring berjalannya waktu, sang ayah pun akhirnya menerima keadaan tersebut.

Setelah bertahun-tahun mengalami kebingungan, akhirnya Katie dan Arin menemui teman senasib yang mengubah gender. Arin merasa senang mengenal Katie. Bahkan ia melakukan hal yang sering dilakukan anak lelaki, seperti meminta nomor ponselnya. Begitulah keduanya mulai berhubungan dan menjadi pasangan yang seolah nampak biasa saja.

Katie dan Arin memang mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan melakukan terapi hormon. Keduanya kini nampak bagaikan pasangan ideal. Mereka tahu mereka telah melalui sebuah keputusan yang sulit diterima orang banyak. Namun bagaimanapun mereka paham bahwa perlu begitu banyak hal untuk membuat orang mengerti mengenai keputusan mereka.

Well, setiap orang memang akan mengambil keputusan yang cukup ekstrim dalam hidupnya. Katie dan Arin bukan satu-satunya yang pernah mengalami hal tersebut, Thomas Beatie adalah salah seorang pria yang pernah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Tak ada manusia yang sempurna, namun yang pasti semua orang berusaha untuk bisa hidup sebaik-baiknya. (vem/gil)

Sumber : vemale.com