Search
Close this search box.

Ilustrasi : telegraph.co.uk
Ilustrasi : telegraph.co.uk

Ourvoice.or.id. Hiv Aids  pada bayi merupakan masalah kesehatan yang serius dan pelik terkait dengan besarnya manfaat nutrisi ASI eksklusif pada bayi. Selain itu, dalam upaya menekan angka kematian bayi akibat malanutrisi dan infeksi menular, kontribusi  pemberian ASI tidaklah kecil. Sementara itu, jumlah bayi yang positif menderita HIV selalu  meningkat terkait prevalensi infeksi HIV pada ibu usia reproduktif (20-39 tahun) mencapai  78 persen.

Pada tahun 1985, dokter Australia merilis kasus pertama bayi terinfeksi HIV pada masa  menyusui dari ibu yang terinfeksi HIV. Diduga jalur penularan lewat pemberian ASI dan diperkuat oleh hasil isolasi partikel HIV dari ASI.

Hingga 1987, probabilitas transmisi lewat ASI ditengarai sangat kecil ketimbang  probabilitas penularan semasa kehamilan dan persalinan. Tambahan pula UNICEF pada 1989,  menekankan bahwa ASI bukanlah jalur signifikan dalam penularan AIDS.

Namun dari studi meta analisis diketahui angka penularan HIV lewat ASI berkisar 14 persen  dari ibu yang terinfeksi HIV sebelum melahirkan dan 29 persen pada ibu yang terinfeksi  sesudah melahirkan.

Demikianlah pada 1992 tatkala diketahui penyakit infeksi dan malanutrisi menjadi penyebab  utama tingginya angka kematian bayi, anjuran larangan menyusui pada ibu yang positif  terinfeksi HIV dikoreksi. ASI kembali dianjurkan diberikan kepada bayi meskipun ibu  nyata-nyata terinfeksi HIV.

Kontribusi ARV

Pada 1998, WHO mendukung transmisi HIV vertikal lewat ASI, namun dengan cara mendistribusikan susu formula gratis hingga 2002. Distribusi ini dihentikan setelah Dr. Anna Coutsoudis merilis data bahwa ASI eksklusif selama lebih dari 3 bulan ternyata tidak meningkatkan risiko penularan vertikal HIV dibanding tanpa pemberian ASI.

Sementara itu pada 2005, Dr. Jean Humphrey mewartakan hasil studi di Zimbabwe, Afrika, bahwa bayi yang diberikan diet kombinasi ASI dengan makanan selain ASI, lebih rentan terinfeksi HIV ketimbang bayi yang ASI eksklusif.

Pada International AIDS Society Conference pada 2009 di Cape Town, Afrika Selatan, dinyatakan bahwa dengan pemberian ARV, laju penularan vertikal dari ibu ke bayi dapat ditekan menjadi sekitar dua persen. Dengan pemberian ARV kepada ibu dan bayi, diet kombinasi dapat direkomendasikan tanpa kekhawatiran akan peningkatan risiko terinfeksi HIV pada bayi menyusui.

Bahkan akhir-akhir ini di negara-negara Afrika, dengan penggunaan ARV pada ibu hamil kurun jangka panjang lebih dari 6 bulan, risiko penularan vertikal menurun tajam, hingga tidak perlu lagi pertolongan persalinan dengan operasi sesar sembari ASI eksklusif tetap teraplikasikan. (11)

Sumber : www.suaramerdeka.com