Ourvoice.or.id – Musik tekno berdentum saat puluhan ribu orang turun ke jalanan Rio pada Minggu 18 November 2012 untuk acara tahunan Gay Pride Parade, yang merupakan ajang menyalurkan pesan politik melalui kegaiatan seni dan budaya.
“Hal utama adalah untuk memerangi kriminalisasi homofobia,” kata Ester Silveira (28) yang mengenakan kaus pelangi di Copacabana, tempat 15 truk bergemuruh memutar musik.
“Kami telah membuat langkah besar namun dunia masih penuh dengan banyak prasangka,” kata Silveira.
Brazil mungkin terkenal karena bikininya, tubuh yang dilumuri minyak dan tarian samba yang seksi, namun Brazil seringkali mengejutkan orang asing dengan betapa konservatifnya kebudayaan mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Dengan penduduk yang sebagian besar masih menganut Katolik Roma, negara berpenduduk 190 juta jiwa tersebut dalam beberapa dekade terakhir mengalami ledakan dalam keanggotaan kelompok Kristen evangelis.
Banyak dari kelompok-kelompok itu yang bentrok dengan para gay terkait keyakinan orang bisa memlih orientasi seks mereka, bukan karena mereka dilahirkan dengan orientasi tersebut sebagaimana yang diyakini sebagian besar ilmuwan.
Festival pada Minggu tersebut diikuti oleh komunitas Gay, Lesbian, Biseksual and Transgender (GLBT) beserta teman-teman mereka, banyak orang yang nampaknya sangat menikmati festival itu. Ada gemerlap, cat tubuh dan kulit terpampang di bawah sinar matahari musim panas, tubuh yang dicat dengan warna hijau dan kuning seperti bendera Brazil, bertuliskan “Tidak untuk homofobia.” (ai/pt)
Sumber : plasa.msn.com