Ourvoice.or.id. Dewan Gereja di Inggris akhirnya memutuskan untuk menolak mengizinkan perempuan untuk menjadi uskup. Debat panjang General Synod berakhir dengan penolakan untuk berkompromi yang bertujuan untuk menyatukan keyakinan, meskipun perbedaan pandangan tentang apakah perempuan seharusnya diizinkan berada di hierarki. Namun dukungan gagal mendapatkan mayoritas yang diperlukan dengan enam suara.
“Tidak ada kemenangan di hari-hari ke depan nanti,” ujar Pastur Angus MacLeay.
Meski berakhirnya perdebatan yang telah berlangsung berpuluh-puluh tahun di gereja itu berujung pada kekalahan pada suara yang menginginkan perempuan menjadi uskup di gereja yang memiliki anggota 80 juta di seluruh dunia, namun telah terbuka diskusi internal yang akan berlangsung pada tahun-tahun ke depan.
Jalan untuk melegislasi perempuan menjadi uskup harus disetujui oleh dua per tiga mayoritas di tiga kelompok Synod, yaitu: Uskup, Pastur, dan kaum awam. Suara yang jatuh justru terjadi di kaum awam dengan jumlah 132-74.
Pastur Rachel Weir, pemimpin Women and the Church, mengatakan kelompoknya “sangat kecewa”. “Sangat jelas ini menjadi hantaman keras bagi para pastur perempuan, sangat mengerikan bagi moral mereka – namun ini menjadi malapetakan bagi Gereja Inggris,” kata Weir.
Di luar suara, beberapa uskup menyatakan bahwa seorang perempuan, Ratu Elizabeth II, adalah pemimpin tertinggi gereja.
Telah 36 tahun sudah sejak General Synod mendeklarasikan bahwa mereka tidak memiliki penolakan fundamental untuk menerima perempuan sebagai pastur, dan 18 tahun sudah sejak perempuan pertama ditahbiskan. Namun perubahan itu tidak pernah diterima secara universal di gereja, dengan penolakan sebagian minoritas yang menilai hal ini gerakan yang bertentangan dengan Alkitab.
Sementara itu gereja “sedarah” dengan Gereja di Inggris, yaitu Anglican Communion di Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat, sudah menyetujui perempuan menjadi uskup.
Sementara di benua Afrika, telah menahbiskan Ellina Wamukoya sebagai uskup Anglikan perempuan pertama dari Swaziland.
Sumber : www.beritasatu.com