Search
Close this search box.

Perkembangan teknologi informasi juga memiliki dampak positif jika dimanfaatkan secara benar. Salah satunya untuk mendukung

ilustrasi (napwa.org.au)
ilustrasi (napwa.org.au)

program pemerintah mengampanyekan bahaya HIV/AIDS di kalangan generasi muda yang sangat rawan dengan perilaku seks bebas.

Pakar Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Krisna Murti mengungkapkan, pencegahan penularan kasus HIV/AIDS harus dilakukan secara maksimal, khususnya terhadap orang berusia muda. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk melakukan pencegahan tersebut adalah perlu adanya pemanfaatan sosial media yang ada saat ini.

“Selain sosial yang ada saat ini seperti Facebook atau Twitter, sosialisasi dan pencegahan juga bisa dilakukan melalui media elektonik seperti telepon seluler dengan menayangkan video bahaya HIV/AIDS,” katanya, saat workshop penyusunan rencana strategis lima tahun (Renstra) KPAP DKI, Kamis (28/9/2012).

Selain itu, lanjutnya, diperlukan adanya keterlibatan tokoh-tokoh dan kaum muda, serta adanya peningkatan kompetensi penyuluh dan relawan.

Akademisi UI, Ade Sasongko menambahkan, secara keseluruhan upaya yang dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI dalam mencegah penularan HIV/AIDS sudah cukup baik. Namun, ia meminta agar program yang direncanakan harus dapat memahami karateristik masyarakat DKI, sehingga program bisa dikemas dan dicerna dengan baik.

“Dari program yang sudah ada dan yang direncanakan, harus ada keterlibatan di luar instansi pemerintah, dalam hal ini adalah LSM yang peduli dengan HIV/AIDS,” katanya.

Perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, Masdar Mashudi mengungkapkan, dalam kasus penularan HIV/AIDS ada aspek moralitas. Untuk itu, agama harus terlibat dan membangun perspektif keagamaan yang lebih manusiawi. Dalam menekan pertumbuhan kasus HIV/AIDS, ia menilai diperlukan adanya imbauan secara langsung melalui media yang efektif di lokasi yang menjadi tempat berkembangnya kasus tersebut, seperti lokasisasi.

“Bisa juga dilakukan dengan cara pemasangan stiker di tempat lokalisasi. Isinya tentang bahaya seks di luar nikah, serta bahayanya HIV/AIDS,” ucapnya.

Sementara itu, Sekretaris KPAP DKI Jakarta, Rohana Manggala mengatakan, penanggulangan HIV/AIDS merupakan salah satu program prioritas Pemprov DKI Jakarta. Salah satu tugas pokoknya adalah, memonitor dan mengevaluasi hasil program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Provinsi DKI Jakarta yang dilaksanakan oleh pemerintah dan non pemerintah.

Menurutnya, sudah banyak kegiatan yang dilakukan pihaknya maupun oleh LSM peduli AIDS dukungan mitra internasional, di bawah koordinasi dan fasilitasi KPA Provinsi DKI Jakarta, melalui program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di DKI Jakarta.

“Pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS di Jakarta difokuskan pada upaya pencegahan pada kelompok resiko tinggi dan upaya perawatan, dukungan dan pengobatan pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Target program adalah penjangkauan secara efektif kelompok resiko tinggi transmisi seksual dan jarum suntik sebanyak 80 persen pada tahun 2010 dengan target perubahan perilaku sebanyak 60 persen pada masing-masing kelompok,” jelasnya.

Dijelaskannya, tujuan Renstrada 2008-2012 adalah dapat dicegahnya 16 ribu infeksi baru di DKI Jakarta pada tahun 2012. Untuk mencapai tujuan tersebut, minimal 80 persen populasi kunci harus mendapatkan intervensi program pencegahan, 60 persen populasi berperilaku aman terhadap penularan HIV dan 70 persen pembiayaan lokal untuk kesinambungan program HIV/AIDS.

Menurutnya, fokus program ini terbukti efektif untuk tingkat epidemi yang masih terkonsentrasi pada kelompok resiko tinggi. Dalam skenario program ini, akan dapat dicegah infeksi baru sebesar 16.000 pada tahun 2010 dan 32.000 pada tahun 2012. (jek)

Sumber : www.108csr.com