Search
Close this search box.

Bedah Buku: Mengintip 3-SOME Bareng Joe & Hendri

 

Ourvoice.Jakarta – Untuk yang kesekian kalinya, Our Voice mengadakan acara bedah buku. Buku yang dibedah Sabtu sore (22/09/2012)  itu berjudul “3-SOME” yang ditulis oleh Hendri Yulius, Joe Andrianus dan Nunkie Handayani. Tebal bukunya 230 halaman yang berisi 21 cerpen  dan diterbitkan oleh  Elex Media Komputindo.

Ketiga penulis muda ini adalah penulis-penulis berbakat yang memiliki kecakapan mengobservasi kehidupan dan membekukannya di dalam setiap cerpen mereka. Cerpen-cerpen ditulis tanpa beban, merdeka, dan apa adanya. Ketika satu demi satu cerpen berakhir, kita seakan-akan ditinggalkan dalam kejutan orgasmik.

Joe Andrianus menghadirkan delapan cerpennya dalam koleksi kumcer ini. Tiga dari delapan cerpennya memanfaatkan Bali sebagai latar belakang yang kemungkinan besar lahir karena rasa cintanya pada pantai, laut, dan segala isinya. Seperti dalam cerpennya yang berjudul “Cerita Suatu Pagi, Kembar Buncing serta Lovina.” Selain mengangkat cerita tentang keindahan pulau Dewata, Joe Andrianus juga mengangkat tentang isu perempuan misalnya tentang isu kekerasan dalam rumah tangga yang tertulis dalam cerpen “Senja yang Mencintai Hujan”. Juga tentang kekerasan seksual dengan pelaku anggota keluarga dalam cerpen berjudul “Lovina”.

Tragedi bom Legian Bali juga menjadi inspirasi cerpen joe yang berjudul “Cerita Suatu Pagi”, selain bercerita tentang bom Bali sekaligus bercerita tentang cinta yang tak kesampaian.  Judul cerpen “1996-2000-2006” amat mengusik hati, karena judulnya yang unik sebab mengunakan tahun. Ternyata cerpen tersebut bercerita tentang perjalanan kehidupan seorang narator bernama Sri. Sedangkan dalam cerpen “Di Mana Bapak, Ibu?” Joe mengambarkan dimana seorang perempuan yang pulang kerumah dengan berganti–ganti pria dan diketahui oleh anaknya. Rasa rindu seorang suami kepada istrinya yang tidak bertemu selama 20 tahun diceritakan dengan apik dalam cerpen “Reuni Rindu dan Raina”.

Cerpen berlatarbelakang budaya Bali juga tersaji dengan apik di buku ini. Kisah adat anak kembar berbeda jenis kelamin harus dipisahkan dan jika sudah dewasa harus dinikahkan. Namun tokoh dalam cerpen itu memilih tidak mau dinikahkan. Cerpen itu berjudul “Kembar Buncing”. Dalam cerpen “Bintang Jatuh” Joe mulai berfantasi mengenai gadis-gadis yang ingin menjadi bintang jatuh. Sepertinya dalam cerpen ini dia ingin mengangkat perempuan dari sisi lain.

Hendri Yulius dengan ketujuh cerpen garapannya memuat kisah-kisah menggoda yang ditulis dengan unik. Cerpen berjudul “Mencari Rafael” bercerita tentang perjuangan seorang gadis dalam mencari pujaan hatinya dan dia harus merelakan berpetualan di antara para lelaki. Cerpen yang berjudul “Aku, Kamu, dan Dia”  Hendri begitu cerdas mengunakan 3 narator, yang berisi cerita perselingkuhan yang dikemas dalam kisah yang stereotipikal. Pada cerpen berjudul “XXX” memang bermuatan hubungan seksual antara perempuan dan laki-laki, tapi bukanlah cerita stensilan.

Dalam cerpen “Monolog Bisu” Hendri begitu brilian dalam mengambar kan narator yang kesemuanya ternyata benda mati. Sedangkan pada “Perjuangan Kartini”  lebih mengangkat tentang perjuangan tiga perempuan yang terjerumus dalm portitusi dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Pada cerpen “Intermezzo” lebih banyak dialog sehinga lebih mirip kayak sekenario.

Pada cerpen “Dialog Artemis” menceritakan seorang gadis yang mengalami pemerkosaan di usia 15 tahun yang diangkat ke layar lebar oleh sutradara muda. “Dongeng tentang Barbie, Nenek Sihir, dan Catwalk” adalah cerita yang paling saya sukai. Cerpen ini bercerita tentang anak seorang konglomerat yang ingin menjadi model, cerita ini menarik karena berakhir dengan ending yang menarik.

Nunkie Handa menyertakan cerpen-cerpennya yang berjudul “Kala Hujan, Kala Savira, Sepucuk Surat Penyakitan,  Untuk Ayahku, Surat Pertama dan Terakhir, dan Pengakuan”. Sang penulis menuliskan cerpennya dengan gaya lain karena mengemas dan mengandalkan surat sebagai media untuk mengemas konflik. Bahkan salah satunya bahkan berbentuk surat utuh.

Hendri Yulius dan Joe Andrianus foto bersama para penerima buku 3-SOME

Demikian catatan saya terhadap buku ini dan diskusinya. Jika penasaran dengan cerita di kumcer ini, silahkan baca. Dan temukan sensasi membaca cerpen yang lain dari biasanya. Selamat membaca !(wiwid)