Search
Close this search box.

Bikku Akong Rinpoche (sumber : gaystarnews.com)
Bikku Akong Rinpoche (sumber : gaystarnews.com)

Tibet. Ourvoice.or.id. Agama dipelukan Lesbian, gay, biseksual, dan Tranjender, LGBT. bagikan buah Simalakama. Sebagian lgbt masih setia dan tunduk memeluknya, dan sebagian lagi masih maju mundur, dan ada juga yang telah meninggalkan agamanya karena berbagai alasan. Berikut ini sebuah wawancara dilakukan oleh jurnalis Gaystarnews dengan seorang Biku di Tibet.

Pengkhotbah dari berbagai agama di seluruh dunia masih mengutuk homoseksualitas sebagai penyakit, akar dari segala kejahatan dan bahkan Paus mengklaim hal itu akan menyebabkan kepunahan umat manusia.

Meskipun kobaran kebencian terus didengungkan melalui para ekstrimis namun, banyak lgbt masih memilih untuk memiliki keyakinan, mencari inspirasi, bimbingan, harapan dan kebahagiaan dalam iman mereka.

Tapi apakah Buddhisme benar-benar liberal, progresif dan ramah lgbt? Atau  jangan-jangan para pengikut hanya mengorbankan seksualitas mereka demi sebuah  harapan yaitu  Nirvana ?

David adalah seorang biarawan Katolik Fransiskan.  ia telah kecewa dengan gereja dan meninggalkan biara.

“Saya sangat senang sebagai seorang bikku tetapi tidak bahagia sebagai seorang Katolik,” katanya.

“Aku tahu aku gay, tidak masalah saya hidup selibat, ketidaksetujuan saya terhadap ajaran Gereja mendorong saya  meninggalkan Fransiskan menuju London.”

Setelah mendapatkan pekerjaan dan kekasih hatinya, bikku david kemudian ia mengikat janji dalam sebuah ikatan civil union tahun 2006 di Inggris.

Keyakinan beragama dan mempelajari ilmu filsafat tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidupnya. Penelitian demi penelitian telah ia lakukan, hingga akhirnya ia menemukan kedamaian ketika memeluk agama Budha.

“Terlepas dari makna hidup, perjalanan mencari kedamaian yang saya jalani didasari dari wawasan tanpa prasangka,  menanamkan kebebasan, toleransi, kesetaraan, dan kebaikan merupakan nilai spiritualitas yang sangat tinggi dalam ajaran Buddhisme, dan inilah yang membuat saya merasa diterima”.

Buddhisme adalah tradisi spiritual yang didirikan lebih dari 2.500 tahun yang lalu di India.  Para pengikutnya  menyebar ke seluruh Asia dan diperkenalkan ke Tibet pada abad ke-7. Meditasi merupakan hal yang sangat ditekankan untuk mendorong tindakan yang “sehat”.

Bikku  Lama Zangmo (sumber : gaystarnews.com)
Bikku Lama Zangmo (sumber : gaystarnews.com)

James, seorang guru yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena pekerjaannya di sebuah sekolah Katolik di London, mengatakan ia menjadi Buddha setelah memasuki hubungan dengan mantan bikku Buddha Tibet.

Dia mengatakan “Seksualitas bukanlah masalah besar dalam Buddhisme, yang terpenting adalah  tanggung jawab pada diri sendiri. Memberdayakan diri dengan tidak menghakimi, pada hal-hal yang bersifat dogmatis membuat ajaran Buddhisme menjadi agama yang bersifat dua arah.”.

Menurut Lama Zangmo, seorang biarawati Buddha Tibet dan guru yang menjalankan Kagyu Samye Dzong pusat di London, Sang Buddha tidak peduli dengan seksualitas .Sang Buddha adalah seorang biarawan. Jadi pandangan Buddhis terhadap seksualitas adalah mungkin unik, “ungkapnya.

‘Buddha melampaui semua dualitas dalam setiap aspek, laki-laki, perempuan, pada akhirnya melampaui baik dan buruk. Namun, seperangkat pedoman perilaku seksual memang ada, tetapi berlaku untuk semua.dan yang pasti tidak pernah melihat sesuatu yang secara langsung berbicara tentang moralitas hubungan sesama jenis.

Lama Zangmo menjelaskan bahwa ajaran Buddha juga tentang mengatasi emosi yang kuat, seperti keinginan, kemarahan, kecemburuan, dan kebanggaan. Anda tidak bisa dikucilkan dalam Buddhisme. Ini semua tentang Anda. ”

Seorang guru Tibet , Akong Tulku Rinpoche. mengakui bahwa hubungan sesama jenis adalah konsep yang asing bagi banyak orang dikolong langit.

Akong  mengatakan bahwa, masyarakat Tibet menerapkan pola unit keluarga atau keluarga besar. Dan ada sebuah budaya, jika anda memiliki tiga bersaudara, maka anda dapat memiliki satu istri yang sama. mungkin ini tampak keterlaluan untuk banyak orang Barat. Tapi inilah faktanya. Ungkap Akong.

Tahun 1967, Rinpoche membantu menemukan Kagyu Samye Ling,  Buddha barat pertama yang berpusat di Skotlandia. Dia mengatakan Buddhisme menyebar dan beradaptasi dengan budaya setempat.  Ada hal yang berubah ketika anda datang ke Tibet dan Eropa. Dan ini menunjukan bahwa ajaran Buddhism telah beradaptasi untuk hidup di dunia Barat.

“Kami tidak mengatakan bahwa sistem Tibet lebih baik. ada keyakinan yang berbeda, bahasa yang berbeda dan ide-ide. Jika Anda ingin tinggal di negara itu, Anda harus menerimanya. ”

Ajaran Buddhisme, tentu saja, bukan untuk semua orang. Namun, agama masih memenjarakan bagi banyak orang, sungguh sangat mengelikan jika melihat seseorang yang begitu meyakini sebuah agama namun suara-suara dan harapan didalam hatinya tidak didengarkan. Dan bahkan malah lahir kekerasan berdasarkan kebencian dari orang-orang yang fanatik.

Untuk melanjutkan pengembaraan yang masih panjang, mengkin tak ada salahnya jika mengambil  daun dari buku Buddha untuk mencari damai raga dan damai jiwa.

Penulis : Metthew Jenkin/Gaystarnews.com/Yatna Pelangi