Jakarta.ourvoice – Kembali membahas musik dan seksualitas, di era tahun 2000-an, menggema sebuah lagu yang cukup mencuri pendengaran saya, yaitu lagu milik Padi – Seandainya bisa memilih. Bermain di genre pop, lagu milik Padi ini cukup “renyah” didengar, walau tak sepuitis Katon dengan KLA Project-nya, namun sedikit mengobati kerinduan saya akan lirik-lirik lagu yang tanpa JENIS KELAMIN.
Namun entah kenapa, belakangan ini muncul beberapa karya lagu yang justru menurut saya mematahkan spirit hubungan sejenis. sebut saja lagu “Cinta Terlarang – The Virgin.” Dari judul, sudah membuat saya mengernyitkan dahi dan bahkan ini malah menjadi hot topik warung kopi yang setuju bahwa hubungan sejenis itu “tak wajar.”
Dan parahnya lagi, kata cinta terlarang menjadi judul puisi dan di filmkan. Ya…sudahlah, kembali ke topik.
Setelah The Virgin, kemudian ada sebuah lagu milik Kerispatih – Aku Harus Jujur. Dalam lagu ini kembali di ulang kata Cinta Terlarang.” Bukan hanya bulu roma saya yang merinding, tapi hati saya juga. Saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil berkata, “Ada apa lagi ini?” kenapa hot topik warung kopi diangkat ke layar televisi dan ke dunia industri? Ahhhhh, tak tahulah entah sampai kapan kata “Cinta Terlarang bisa diubah menjadi “Cinta Seterang Bulan.”
Jika kita lihat ke belakang lagi dengan acuan lirik lagu Katon dalam “Pasangan Jiwa.” Visi lirik lagu ini sudah sangat melampaui jamannya. Ia tidak menyebutkan cinta terlarang tapi sudah pada titik harapan dan mimpi-mimpi ke depan. Yang tidak lagi melanggengkan pandangan masyarakat yang mengatakan bahwa cinta sejenis adalah cinta terlarang.
Dan bukan maksud untuk membandingkan, tahun lalu 2011, saya sempat kagum dengan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh seorang gay asal meksiko dengan lagunya “Libertad-Christian Chazes.” Lagu itu saya rasa adalah lagu yang cukup positif jika dikonteks-kan dengan arah perjuangan kesetaraan. Dalam lagu yang berirama rancak tersebut mendorong Lesbian, Gay, Biseksual dan Transjender (LGBT) untuk lebih bersuara tentang hak-haknya.
Ya, saya masih tetap berharap, industri hiburan dalam hal ini dunia tarik suara akan bermunculan lirik-lirik lagu yang bisa dijadikan semangat mendorong komunitas LGBT untuk bangkit, berjuang dan bersuara. Bukan lirik galau yang akhirnya dijadikan stigma baru. (Yatna Pelangi)