Search
Close this search box.

SAMARINDA. Seorang waria yang biasa mangkal sekitaran Jl Gadjah Mada, Kelurahan Pasar Pagi, Kecamatan Samarinda Kota, tewas bersimbah darah, Jumat (22/6) kemarin sekitar pukul 05.00 Wita. Waria yang terakhir diketahui bernama Irfan alias Fani (20), warga Jl Sutera Murni, Gang Rawa Indah, Kelurahan Baqa, Samarinda Seberang, tewas dengan kondisi mengenaskan.

Tubuhnya dihiasi sedikitnya 5 luka tikaman. Satu luka tikaman di pinggang kiri, dua di tangan kiri, satu di ketiak kiri serta satu lagi di paha kiri. Diduga kuat Fani merupakan korban pembunuhan. Dari ceceran darah dan informasi warga sekitar, diyakini Fani dianiaya pelaku tidak dikenal di kawasan dermaga speed boat Sapu Lidi yang lokasinya tak jauh dari Pasar Pagi.

Fani yang terluka parah sempat berusaha mencari pertolongan dan dilarikan warga ke RS Islam. Di sana dia sempat dirawat dan akhirnya dirujuk ke RSUD AW Sjahranie. Yang Maha Kuasa berkehendak lain, di tengah perjalanan menuju rumah sakit Fani mengembuskan napas terakhirnya.

Informasi yang dihimpun Sapos, diperkirakan peristiwa penganiayaan terjadi sekitar pukul 04.30 Wita. Pasalnya tak satupun teman Fani yang mengetahui atau melihat langsung peristiwa, yang membuat perantauan asal Sulawesi itu tewas. Bahkan saksi yang sempat menolong Fani, Lukman Safirin (30), security CV Semoga Jaya, menemukannya sudah dalam keadaan pakaian berlumuran darah.

“Waktu itu saya bersama teman saya sedang menonton bola di dalam pos jaga. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu sembari berteriak minta tolong. Setelah saya buka ternyata korban (Fani, Red), dengan kondisi baju berdarah-darah,” ucap Lukman kepada Sapos.
Melihat keadaan Fani yang sudah tidak sanggup lagi berdiri dan terus mengerang menahan sakit sambil meminta tolong, tanpa pikir panjang Lukman bergegas mengangkat tubuh Fani ke motor miliknya, kemudian membawanya ke rumah sakit di Jl Gurami untuk mendapatkan pertolongan medis.

“Saya sempat menunggu sampai polisi datang. Setelah memberikan keterangan singkat, saya diminta tolong untuk memberikan keterangan di kantor polisi,” ujar Lukman menambahkan. Seorang saksi lain yang merupakan rekan Fani sesama waria bernama Yahya alias Yaya (21) menuturkan, sebelum mendapat kabar Fani tewas mereka sempat pesta minuman keras (miras) di sekitar lokasi kejadian.

“Kami memang biasa nongkrong di sana (Pelabuhan Speed Boat Sapu Lidi), kalau sudah pukul 01.00 Wita,” kata Yahya.
Setelah beberapa jam pesta miras, sekitar pukul 03.40 Wita rekan Fani termasuk Yaya membubarkan diri karena hendak mencari pelanggan. Tinggal Fani seorang diri di situ. Belum jauh dari lokasi mereka pesta miras, Yaya dan temannya yang lain sempat melihat ada seorang pria menghampiri Fani.

“Tetapi saya tidak tahu persis siapa pria itu. Setelah itu saya tidak tahu lagi soal keberadaan dia (Fani, Red). Tahu-tahu paginya saya ditelepon polisi, diberitahu kalau dia sudah meninggal. Katanya sih dicurigai dibunuh,” tukas Yaya.

Kapolresta Samarinda Kombes Pol Arief Prapto S, melalui Kapolsekta Kawasan Pelabuhan Samarinda, Kompol Yos Salata yang dikonfirmasi Sapos mengungkapkan, saat ini polisi masih melakukan pendalaman penyelidikan untuk mengungkap misteri kematian Fani.

“Dari hasil pemeriksaan korban tewas karena ditubuhnya terdapat luka tikaman. Siapa pelaku penikaman dan apa motifnya masih kami selidiki. Untuk mengungkapnya kami sudah memeriksa 7 saksi, yang diantaranya merupakan teman-teman korban,” tegas Yos singkat.(oke/rin/agi)

Sumber : sapos.co.id