Search
Close this search box.

Oleh: Afrian*

SuaraKita.org – Kelompok Ragam Gender dan Seksualitas merupakan salah satu kelompok minoritas yang paling rentan dibandingkan kelompok lainnya. Salah satu contoh kerentanan yang sering dialami adalah stigma dan diskriminasi dari berbagai unsur atau pihak seperti masyarakat umum, lembaga pendidikan, petugas keamanan, dan lainnya.

Stigma dan diskriminasi negatif juga kami dapat dari berbagai unsur masyarakat, berupa kekerasan fisik, psikis bahkan pemerasan ekonomi.  Melihat banyaknya kasus kekerasan fisik, psikis dan pemerasan ekonomi terjadi pada kelompok Ragam Gender dan Seksualitas dan minimnya pengetahuan serta kapasitas yang dimiliki oleh kelompok Ragam Gender dan Seksualitas berkumpul dan bersatu membentuk salah satu wadah yang bernama Lembaga Bersama Lalui Tantangan (SALUT).

SALUT yang sejak tahun 2007 hingga saat ini berdomisili di Kota Mataram-Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi salah satu wadah kelompok Ragam Gender dan Seksualitas meningkatkan ilmu pengetahuan mereka, diskusi, menggali potensi, belajar tentang Sexual Orientation, Gender Identity and Expression, and Sex Characteristic (SOGIESC), Hak Asasi Manusia (HAM).

Dengan adanya wadah SALUT kami sebagai bagian dari kelompok Ragam Gender dan Seksualitas mulai belajar banyak hal akan hak-hak kita sebagai kelompok minoritas yang pada awalnya kami tidak mengetahui sama sekali apa yang harus kami lakukan ketika ada kasus kekerasan fisik, pemerasan ekonomi, pelarangan untuk berkumpul bahkan mengakses layanan kesehatan atau akses layanan lainnya.

Dengan adanya SALUT kami juga banyak sekali belajar tentang SOGIESC, yang mana kelompok minoritas yang sangat membutuhkan informasi atau edukasi tentang hal tersebut. 

Sebelum mengenal adanya wadah SALUT kami tidak mengetahui sama sekali tentang SOGIESC, melakukan advokasi kebijakan, menganalisis peraturan pemerintah, melakukan advokasi anggaran, advokasi media, membangun suatu jaringan, menjalin hubungan kerja sama dengan media atau masyarakat serta pemerintah setempat.

Banyak penolakan-penolokan negatif yang kami dapatkan, seperti terjadinya pengusiran pada saat berkegiatan, terbatasnya ruang terbuka aman untuk kelompok Ragam Gender dan Seksualitas,  terbatasnya ruang gerak berekspresi, kebebasan berkumpul, bahkan berkegiatan di tempat umum yang sifatnya tidak mengganggu masyarakat lainnya.

Tetapi seiring berjalannya waktu, kami membangun relasi yang baik dengan pemerintah setempat, semuanya telah berubah menjadi suatu tindakan yang baik, dan kami sebagai bagian dari kelompok minoritas dapat berkegiatan, berkumpul, berekspresi dengan aman bahkan sering terlibat di kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Seperti peringatan Hari AIDS sedunia, Malam Renungan AIDS, Kampanye Indonesia Tanpa Stigma, dan Kegiatan-kegiatan Positif lainnya. 

Harapan kami sebagai bagian dari kelompok Ragam Gender dan Seksualitas dapat mempertahankan situasi atau keadaan yang sudah kami perjuangkan selama ini, tidak ada lagi kekerasan fisik maupun pemerasan ekonomi pada kelompok Ragam Gender dan Seksualitas terutama kelompok Transpuan, tidak ada lagi stigma bahkan diskriminasi terhadap kelompok Ragam Gender dan Seksualitas baik di layanan kesehatan, layanan pendidikan, maupun layanan umum lainnya bahkan kebijakan pemerintah atau PERDA tidak ada lagi yang bersifat diskriminatif terhadap kelompok Ragam Gender dan Seksualitas agar tercipta masyarakat madani yang kami inginkan selama ini.

*Penulis adalah kontributor Suara Kita dari NTB. Penulis dapat dihubungi melalui email afrianahmad`53@gmail.com.