Search
Close this search box.

[Opini] Apa Dampak Kerusakan Lingkungan pada Kelompok Minoritas Gender dan Seksual?

Oleh: Wisesa Wirayuda*

Sejak pertengahan Agustus hingga sekarang, media massa diramaikan dengan berita polusi di Ibu Kota Jakarta yang semakin mengenaskan. Per 5 September, polusi udara di Ibu Kota berada di angka 157, menempati peringkat ke-4 kota paling berpolusi udara yang tidak sehat bertepatan dengan Presiden Jokowi meresmikan KTT Asean Jakarta pada Selasa (5/9). Hal ini tentu membuat banyak pihak terketuk pikirannya untuk mengambil langkah.

Kerusakan lingkungan, yang bukan hanya udara, begitu erat kaitannya pada kelompok marginal terutama minoritas gender dan seksualitas. Kelompok minoritas gender dan seksual menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap kerusakan lingkungan akibat polusi beracun. 

Penelitian dari Universitas Yale menunjukkan bahwa kelompok minoritas gender dan seksual “sangat berisiko terhadap paparan kerusakan lingkungan” dan tingkat penyakit kronis yang muncul akibat terpapar polutan, seperti penyakit pernafasan, penyakit kardiovaskular dan kanker.

Pada umumnya, hal ini dipicu oleh diskriminasi berlapis yang dialami minoritas gender dan seksual yang akhirnya berdampak pada kemampuan mereka untuk mengakses perumahan dan layanan kesehatan yang terjangkau. 

Kemudian menurut laporan dari American Progress, minoritas gender dan seksual lebih mungkin mengalami kerusakan lingkungan daripada rekan-rekan heteroseksual mereka. Hal ini disebabkan oleh kebijakan perumahan diskriminatif, dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. 

Bentuk -bentuk diskriminasi tersebut menambah risiko tambahan di atas faktor biologis, sosial, lingkungan dan psikologis yang dapat menyebabkan depresi, kecemasan dan bunuh diri.

Meski memang perlu diingat bahwa setiap orang di planet ini akan mengalami beban perubahan iklim, namun komunitas minoritas, khususnya minoritas gender dan seksualitas lebih banyak terkena dampak buruk lingkungan yang disebabkan oleh polusi udara dan air, naiknya permukaan laut, ketidakamanan pangan dan polusi plastik.

Berikut ini beberapa dampak kerusakan lingkungan yang dirasakan langsung oleh minoritas gender dan seksualitas di Indonesia.

Polusi Udara dan Faktor Pekerjaan

Kelompok Transpuan yang mayoritas hidup dan bekerja di jalanan tentu saja berhadapan langsung dengan polusi di Ibu Kota. Tidak adanya pilihan lain, memaksa mereka untuk tetap bekerja dalam kondisi bagaimanapun. 

Tak hanya Transpuan, kelompok Lesbian dan Transman yang bekerja di pabrik juga mendapatkan paparan polusi dari limbah pabrik. 

Tempat Tinggal Kelompok Marginal dan Kepadatan Penduduk

Minoritas gender dan seksual yang terpinggirkan dan tinggal di lokasi yang padat penduduk, sebagaimana kelompok marginal lainnya, banyak mengalami persekusi, sikut-sikutan. 

Ditambah lagi, dengan tingkat ekonomi yang rendah, tak banyak yang bisa mengakses tempat tinggal layak. Hal itu berdampak langsung kepada kesehatan mereka, baik itu kesehatan fisik maupun kesehatan mental. 

Beberapa pengalaman di atas diperoleh dari kisah nyata individu-individu yang datang ke Suara Kita. Dan memang tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa individu dari kelompok minoritas gender dan seksual yang bisa mengakses kehidupan lebih layak.

Beberapa individu minoritas gender dan seksual bahkan banyak yang terlibat dalam gerakan peduli lingkungan dan mengambil peran kunci di dalam pergerakannya. Karena pada hakikatnya, menjaga lingkungan adalah kewajiban bagi kita semua.

 

*Penulis pernah terlibat di beberapa buku terbitan Suara Kita. Esa juga adalah kontributor di website Suarakita.org sejak 2013 hingga sekarang. Beberapa pelatihan jurnalistik yang pernah ia ikuti antara lain dari Suara Kita, Jurnal Perempuan, dan Wahid Foundation.

 

Sumber Bacaan:

How climate change affects the LGBTQ+ Community – Earth Day

How Environmental and Climate Injustice Affects the LGBTQI+ Community – Center for American Progress

Queering Environmental Justice: Unequal Environmental Health Burden on the LGBTQ+ Community | AJPH | Vol. 112 Issue 1 (aphapublications.org)

Defenders of the human rights of LGBT persons constantly at risk, warn UN experts | OHCHR

Queer(ing) Environmentalism — Climate Policy Lab