Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Ketika Januari lalu orang-orang dari seluruh dunia menghadiri Women’s March di Amerika untuk memprotes ketidaksetaraan perempuan dan diangkatnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat, Indonesia tidak ikut aksi besar-besaran tersebut.

Terlihat hanya sebuah pergerakan kecil di seputaran semanggi yang dilakukan oleh sekitar 25 orang pada 21 januari, bahkan acara tersebut luput dari perhatian media. Hal ini bukan berarti isu gender di Indonesia tidak bermasalah. Faktanya Forum Ekonomi Dunia menempatkan Indonesia di peringkat ke-88 dari 144 negara dalam masalah kesetaraan gender dan Komnas Perempuan menyatakan bahwa angka kasus kekerasan terhadap perempuan meningkat tiap tahunnya.

Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki masalah terkait kesetaraan gender dan isu-isu perempuan. Ini mengapa beberapa LSM berkolaborasi untuk merencanakan pelaksanaan Women’s March Jakarta pada 4 Maret 2017 yang akan dipusatkan di Istana Negara sekaligus memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret.

“Women’s March Jakarta dipicu oleh apa yang terjadi secara internasional, tetapi memiliki tujuan sendiri. Women’s March Jakarta bukan untuk memprotes Donald Trump secara khusus, melainkan memprotes keadaan politik saat ini di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Politik yang mengabaikan hak-hak dan kebutuhan perempuan dan kelompok terpinggirkan lainnya seperti LGBT, difabel dan masyarakat adat” kata Kate Walton, salah satu panitia  penyelenggara. “Kami menuntut agar pemerintah memenuhi hak-hak bagi perempuan di seluruh negeri”.

Women’s March Jakarta memiliki 8 tuntutan kepada pemerintah Indonesia yakni:

  1. Menuntut Indonesia kembali ke toleransi dan keberagaman
  2. Menuntut pemerintah mengadakan infrastruktur hukum yang berkeadilan gender
  3. Menuntut pemerintah dan masyarakat memenuhi hak kesehatan perempuan dan menghapus kekerasan terhadap perempuan
  4. Menuntut pemerintah dan masyarakat melindungi lingkungan hidup dan pekerja perempuan
  5. Menuntut pemerintah membangun kebijakan publik yang pro-perempuan dan pro-kelompok marjinal lain, termasuk perempuan difabel
  6. Menuntut pemerintah dan partai politik meningkatkan keterwakilan dan keterlibatan perempuan di bidang politik
  7. Menuntut pemerintah dan masyarakat menghormati dan menghapus diskriminasi terhadap kelompok LGBT
  8. Menuntut pemerintah dan masyarakat lebih memperhatikan isu global yang berdampak pada perempuan, serta membangun solidaritas dengan perempuan di seluruh dunia.

Menurut Olin Monteiro, aktivis perempuan yang juga salah satu dari panitia penyelenggrara, Women’s March Jakarta akan berisi orasi dan pagelaran kesenian, termasuk pementasan Tari Rejang yang merupakan tradisi dari Bali. Walaupun acara ini bernama Women’s March Jakarta, acara ini tidak tertutup bagi lelaki, bahkan semua orang dari segala identitas gender diharapkan untuk turut serta dalam acara ini. Yang perlu dilakukan adalah mengikuti dress code yang telah ditentukan.

Panitia menyarankan agar peserta Woman’s March Jakarta hadir dengan menggunakan pakaian berwarna merah muda atau ungu, untuk menunjukkan bahwa warna tersebut bukan melambangkan “kelemahan” atau “feminin”. Warna tersebut seharusnya berarti sebuah kekuatan. Peserta juga dipersilahkan untuk membawa poster yang berisi tuntutan mereka terhadap masyarakat dan pemerintah. Untuk info lebih lanjut dapat mengikuti linimasa Twitter  @WomensMarchJKT. (R.A.W)

Sumber:

Brilio