SuaraKita.org – Sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center yang dirilis pada 12 April 2015 menunjukkan bahwa orang Amerika menjadi kurang Kristen dan lebih sekuler. Menurut penelitian, Kristen masih iman terbesar di Amerika, (dengan sekitar 70% orang Amerika yang menyebut diri mereka Kristen), namun persentase orang dewasa yang menggambarkan diri mereka sebagai orang Kristen telah menurun hampir 8% dalam 7 tahun, dan selama periode yang sama, persentase orang Amerika yang menggambarkan diri mereka sebagai ateis, agnostik, atau “tidak memilih agama tertentu” telah melonjak lebih dari 6%.
Studi ini juga menemukan bahwa penurunan afiliasi terhadap Kristen khususnya di kalangan orang dewasa muda dibandingkan dengan seluruh penduduk dalam segala usia, baik itu kulit putih, kulit hitam dan Latin. Tren yang sama juga terlihat di kelompok dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi dan orang dewasa yang hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah atas, baik itu perempuan maupun lelaki.
Di permukaan, hal ini tampaknya menjanjikan untuk masa depan kesetaraan pernikahan. Mayoritas oposisi terhadap pernikahan sesama jenis berasal dari kelompok agama, dan beberapa orang-orang religius mengatakan kesetaraan perkawinan jelas-jelas mengerikan . Banyak gereja juga panik akan kehilangan sejumlah uang yang mereka dapatkan akan jika mereka dipaksa untuk mengakui pernikahan sesama jenis atau kehilangan status bebas pajak mereka.
Meskipun agama dan kesetaraan pernikahan tidak bertentangan secara mendasar. Sebuah jajak pendapat oleh Public Religion Research Institute yang dirilis pada bulan April menemukan bahwa 77% orang Yahudi Amerika, 60% dari umat Katolik, dan 62% dari Protestan Garis
Putih mendukung kesetaraan pernikahan.
Berikut adalah sembilan contoh lembaga keagamaan Kristen dan kelompok non-Kristen di Amerika Serikat yang percaya semua cinta adalah setara:
- The Presbyterian Church (USA)
Dengan 1,7 juta anggota, The Presbyterian Church (USA) adalah kelompok Presbyterian terbesar di negara ini. Pada bulan Maret 2015, pejabat gereja memutuskan dalam sebuat pemilihan suara bersejarah bahwa gereja mengakui pernikahan sesama jenis dan memungkinkan pernikahan sesama jenis.
“Sebagai sebuah gereja, Gereja Presbiterian telah menerima banyak anugerah dari Tuhan dan Yesus Kristus,” kata Gradye Parsons, panitera sidang umum gereja, dalam video gereja tentang keputusan tersebut. “Kami harus menumbuhkan tenggang rasa satu sama lain dengan penuh kelembutan dalam sebagai bagian dari hidup kita.”
- Mormon “Mama Dragons”
Sampai beberapa waktu terakhir gereja Mormon masih mendorong praktik terapi konversi . tapi sekarang praktik itu tidak lagi dianjurkan, namun gereja pada dasarnya memandang homoseksualitas sebagai dosa. Dalam pernyataan resminya tentang homoseksualitas, Gereja Mormon mengatakan, “rasa ketertarikan itu sendiri bukanlah dosa, tapi bertindak atas rasa itu. Meskipun orang tidak memilih untuk memiliki rasa ketertarikan tersebut, mereka memilih cara menanggapi rasa tersebut”.
Meskipun gereja telah mengeluarkan sikap resmi, sekelompok ibu-ibu Mormon telah bersatu untuk mendukung anak-anak gay mereka. Menurut sebuah artikel pada Yahoo Parenting, “Mama Dragons” adalah kelompok pendukung Facebook yang ditujukan untuk penerimaan remaja dan anak-anak LGBT yang juga berharap untuk mendorongan gereja agar bersikap yang lebih modern dan ramah terhadap orang-orang LGBT.
- The Reform and Conservative Jewish Movements
Menurut ReformJudaism.org, Selain bagi beberapa jemaat yang jangkauan utamanya adalah untuk komunitas LGBT, LGBT Yahudi dan keluarga mereka diterima di semua Sinagog Reformasi. LGBT Yahudi dapat ditahbiskan sebagai rabi dan cantor (pemimpin do’a) dan mereka melayani di seluruh sinagog Reformasi. Kebanyakan rabi Reformasi dan cantor dengan senang hati meresmikan upacara pernikahan sesama jenis. Gerakan Yahudi Konservatif juga mengambil sikap yang sama , dan pada tahun 2012 disahkan ritual untuk upacara pernikahan sesama jenis.
- United Church of Christ
Menurut UCC.org pada tanggal 4 Juli 2005, di Sinode Gereja Kristus Bersatu ke-25 di Atlanta, delegasi memutuskan untuk mengadopsi resolusi “Hak pernikahan yang sama dan setara bagi semua”. Salah satu hal yang terdapat dalam resolusi tersebut adalah: The United Church of Christ menegaskan hak pernikahan adalah sama untuk setiap pasangan tanpa memandang jenis kelamin dan menyatakan bahwa pemerintah tidak boleh mengganggu pasangan terlepas dari jenis kelamin yang dipilih untuk dinikahi dan berbagi sepenuhnya hak serta tanggung jawab dengan setara dan komitmen perkawinan diakui secara hukum.
- Muslims for Marriage Equality
Menurut Human Rights Campaign , “Karena Islam tidak memiliki pusat badan pemerintahan … individu dan lembaga-lembaga Islam jatuh pada spektrum yang luas, mulai dari ramah dan inklusif ke tingkat penolakan yang dapat ditandai dengan kekerasan.” Di Amerika, ada gerakan yang berkembang untuk menciptakan masyarakat yang inklusif bagi umat Islam LGBT dan pendukung mereka. Meskipun penafsiran tradisional Qur’an telah digunakan untuk menindas LGBT selama berabad-abad, pernikahan sesama jenis dapat dilakukan di masjid-masjid inklusif di seluruh negeri. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan pada bulan April 2015 menunjukkan bahwa 42% Muslim mendukung kesetaraan pernikahan. Masih menurut HRC, “Salah satu tokoh Muslim Amerika yang paling menonjol, Keith Ellison menyatakan dengan tegas,” Saya yakin dengan usaha untuk memperluas hak dan tanggung jawab pernikahan pasangan sesama jenis dan pernikahan mereka diakui oleh negara bagian lainnya dan pemerintah federal”.
- Quakers (Society of Friends)
Menurut The Guardian , meskipun Quaker secara resmi menyatakan kesetaraan pernikahan pada tahun 2009, gereja Quaker telah secara eksplisit menerima homoseksualitas sejak tahun 1963. Buku “Towards a Quaker View of Sex” memuat sebuah pernyataan: “yang penting itu adalah sifat dan kualitas dari sebuah hubungan. Satu yang harus dilakukan, jangan menilai dari penampilan luar tapi dari dalam. Kasih sayang pasangan homoseksual sama seperti kasih sayang heteroseksual, dan oleh karena itu kita tidak dapat melihat bahwa itu adalah moral buruk “.
Artikel Guardian juga menyatakan bahwa “Towards a Quaker View of Sex” adalah sebuah perintis dan buku sangat kontroversial dari masyarakat agama pada saat itu. Yang pertama kali menyediakan penegasan berbasis agama pertama kesetaraan LGBT dan kemudian menjadi sangat berpengaruh, buku tersebut terjual sebanyak 500.000 kopi. Pada saat perilisan buku, homoseksualitas masih ilegal di banyak negara bagian.
- Evangelical Lutheran Church
Menurut Human Rights Campaign (HRC), pada tahun 1991 gereja mengeluarkan resolusi yang menyatakan bahwa “gay dan lesbian sebagai individu yang diciptakan oleh Tuhan, dipersilakan untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan jemaat dari Gereja Lutheran Injili di Amerika, dan meskipun gereja tidak sampai pada perjanjian formal kesetaraan perkawinan, perdebatan telah mendorong kebijakan yang memberikan otonomi kepada pendeta individu dan jemaat mereka, sehingga perayaan pernikahan sesama jenis di banyak gereja ELCA di seluruh Amerika Serikat.
- Unitarian Universalists
Menurut laman Unitarian Universalist Association (UUA), sejak tahun 1973, ketika the Office of Gay Affairs (sekarang bernama Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer Ministries ) didirikan, UUA telah membuat komitmen kelembagaan untuk kesetaraan penuh bagi LGBTQ. UUA telah lama terlibat aktif dalam advokasi untuk kesetaraan pernikahan. Laman mereka juga menyatakan, “Cinta tidak memiliki batas dan Unitarian Universalis tidak akan beristirahat sampai hambatan secara hukum dihapuskan dan perlindungan ditegakkan untuk memastikan individu LGBTQ memiliki hak yang sama untuk mengejar kebahagiaan seperti orang lain.
- Catholics for Marriage Equality
Gereja Katolik Roma secara resmi menentang pernikahan sesama jenis, dan bahkan Paus Fransiskus mengatakan bahwa pernikahan sesama jenis mengancam “lembaga perkawinan”. Hal itu tidak menghentikan LGBT Katolik dan pendukung kesetaraan perkawinan Katolik untuk membuat kelompok dukungan melalui Facebook , sebuah film dokumenter , dan mempertahankan daftar panjang paroki yang ramah LGBT. Sebuah jajak pendapat di seluruh dunia dari umat Katolik yang dilakukan tahun lalu menunjukkan bahwa meskipun sikap Vatikan seperti itu, 66% dari umat Katolik mendukung kesetaraan pernikahan. (R.A.W)
Sumber