Search
Close this search box.

[Liputan] Nonton Bareng Film Strella: Transgender di Layar Perfilman Dunia

SuaraKita.org – Sabtu kemarin, 12 November 2016, Suara Kita mengadakan pemutaran film Strella atau judulnya yang lain A Woman’s Way. Film ini bercerita tentang seorang ayah bernama Yiorgos dan perjalanannya mencari anaknya, yang ternyata seorang perempuan transgender yang bernama Strella, setelah dirinya terbebas dari penjara.

Film dengan latar belakang tempat di Yunani ini, menjadi perbincangan yang menarik pada peserta nonton kita kali ini. Jen Kattleya, menuturkan kegelisahannya sebagai seorang transgender tentang narasi di perfilman tentang transgender yang selalu diposisikan sebagai pekerja seks. “Ironi juga sih sebenarnya. Padahal kan trasgender itu tidak selalu pekerjaannya di prostitusi. Kesannya transgender itu sama dengan prostitusi.”

Peserta lain, yang bernama Iman menambahkan bahwa sebenarnya ada alasan yang sistematis mengapa seorang transgender bisa menjadi seorang pekerja seks. “Seperti yang kita tahu kan, transgender itu kan gak bisa sekolah, jadi itulah mengapa transgender itu tidak memiliki kesempatan yang sama. Di film ini ”

Jane Maryam mengatakan, secara seorang feminis, sebenarnya memilih pekerjaan sebagai pekerja seks itu adalah hak masing-masing individu. “Aku melihatnya itu adalah rumit ya, bagaimana psikososial si tokoh di film ini juga mempengaruhi. Yang mana ia kekurangan kasih sayang dari ayahnya. Namun gak semua seperti itu juga.”

Film dengan latar belakang Eropa ini sebenarnya menjelaskan mengapa banyak sekali ketelanjangan dalam film ini. Fajar mengatakan, “Eropa pernah melewati masa-masa dimana seksualitas itu ditabukan sekali. Jadi sekarang-sekarang ini Eropa sedang merayakan seksualitas, dan tubuh.”

Seorang Mahasiswi bernama Resta menyampaikan pendapatnya juga, “Mengambil keputusan untuk menjadikan Yiorgos itu sebagai seorang kekasih atau sebagai ayah itu pasti cukup sulit dirinya. Dan tidak ada yang salah dengan itu. Karena kita menentukan sesuatu itu salah atau benar setelah mengetahui informasi lain.”

Menutup diskusi kali ini, Jen Kattleya menambahkan, “Cinta itu kan kita tidak memandang harta, tidak memandang ras, keyakinan, agama, paham politik, kalo cinta ya cinta. Saya waria situ lakik (laki-laki -Red.) ya itu kan anugrah.”