Toleransi luar biasa ditunjukkan warga Salatiga dalam menyikapi perbedaan penghargaan terhadap perbedaan tersebut dibuktikan ketika Irshad Manji hadir dalam diskusi di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN).
Di Salatiga, diskusi berlangsung damai kondisi itu terjadi tanpa perlu pengawalan polisi sebagaimana dalam diskusi yang diadakan Aliansi Jurnalis Indonesia di Kalibata Jakarta. Irshad manji merupakan penulis buku Allah, Liberty and Love juga The Faith Without Fear yang oleh salah satu ormas dituduh menyebarkan gay dan lesbian dalam bukunya.
Di STAIN, diskusi dihadiri Ketua STAIN, para pejabat pembantunya serta puluhan dosen. Ketua STAIN, Imam Sutomo mengapresiasi keberanian Irshad Manji. Keyakinan dan perjuangannya terhadap Islam yang dilakukan dengan caranya sendiri meski banyak orang yang mungkin menghujat. Soal setuju atau tidak setuju mengenai materinya menjadi persoalan individu dan tidak mempersoalkan namun memebrikan kesempatan terhadap pemikiran-pemikiran tentang islam. Usai diskusi, Manji mengatakan buku yang ditulisnya terinspirasi kegalauan-kegalauan sederhana yang dihadapi pemeluk Islam di seluruh dunia.
Sementara itu di Bantul, semula jalannya diskusi buku Irshad Manji di LKIS berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan dari pihak manapun. Namun ditengah-tengah berjalannya diskusi atau bedah buku yang berjudul Irsyad Manji berjudul Allah, Liberty and Love tiba-tiba terjadi kepanikan. Pasalnya dengan tiba-tiba datang banyak massa dengan membawa selebaran yang menolak kehadiran Irshad Manji. Mereka meminta acara diskusi buku segera dibubarkan dan meminta para peserta segera meninggalkan lokasi.
Massa dari ormas ini menilai Irsyad Manji merupakan agen propaganda dan dinilai merupakan penistaan terhadap agama Islam. Dalam aksi ini massa bahkan sempat merusak sebagian kaca di Kantor LKIS Jogjakarta. (Tata Rahmanta – Salatiga / Purwanto – Bantul)
sumber : http://manteb.com