Search
Close this search box.

[Resensi] That’s Not Us: 3 Pasangan, 3 Cerita

Oleh: Wisesa Wirayuda

Suarakita.org – Apa jadinya jika ada pasangan heteroseksual, lesbian dan gay berlibur menghabiskan musim panas bersama? Tidak, film ini tidak bercerita tentang bagaimana si gay atau si lesbian merebut kekasih si hetero. Ceritanya akan menjadi sampah jika benar demikian.

thats_not_us_still_h_15Saya akan menceritakan tiga pasangan ini satu per satu, Alex (Sarah Wharton) dan Jeckie (Nicole Persell) adalah pasangan lesbian yang sudah menjalin hubungan sejak lama, namun sudah lama sekali mereka tidak melakukan hubungan seksual, bahkan membicarakannya saja tidak. Terdengar tidak begitu penting, namun ternyata permasalahan ini menuntun mereka kepada pertengkaran dan salah paham. Ketika mereka akhirnya melakukan hubungan seksual, rasa cinta di antara mereka semakin tumbuh dan begitu pula rasa saling percaya satu sama lain.

thats-not-us-boys-ferryx750_0Pasangan lain, pasangan gay, James (Mark Berger) dan Spencer (David Rysdahl) baru saja memutuskan untuk tinggal bersama. Namun setelah Spencer mendapatkan graduate school dan akan melanjutkan studinya, dia berencana pergi meninggalkan kekasihnya untuk waktu yang lama, dan tentu saja James akhirnya menyadari bahwa sebentar lagi dirinya akan ditinggal sementara oleh kekasihnya itu. Namun Spencer tidak memberikan jawaban yang jelas apakah dia akan pergi untuk menerima beasiswanya atau tidak, dan hal ini membuat James bingung untuk bersikap, apakah harus senang atau sedih. Permasalahan terlihat begitu rumit, namun pada akhirnya yang James inginkan hanyalah Spencer bisa mengerti bagaimana rasanya “berdiri di sepatunya” dan mengerti apa dan bagaimana sulitnya ditinggal oleh sang kekasih untuk waktu yang lama.

thats-not-us-liz-dougie-sunsetPasangan Heteroseksual Liz (Elizabeth Gray) dan Dougie (Tommy Nelms) memiliki masalah dengan “musuh alami” mereka, yaitu heteronormativitas, ditambah lagi Dougie tidak bisa mengendarai sepeda yang membuatnya merasa “kurang macho” sebagai laki-laki. Kemudian Liz berniat mengajarkannya. Dougie sebagai laki-laki, merasa “lebih rendah” karena diajari oleh kekasihnya, bahkan ketika Dougie jatuh dari sepedanya dan mengalami beberapa luka, Dougie masih saja berniat melakukan semuanya sendiri dan tidak mengizinkan Liz untuk membantu, dengan alasan gengsi. Namun akhirnya Liz berkata, “Jika sudah masuk ke dalam sebuah hubungan, itu artinya fifty-fifty, jika aku memperbolehkanmu untuk membantu, maka biarkan aku membantumu juga.”

thatsnotusFilm dengan durasi 1 jam 37 menit ini, menurut pandangan saya, memberi kesan yang jujur. Semua permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang sederhana yang saya rasa kita semua bisa saja mengalaminya. Film ini menjadi semacam pedoman bagi siapa saja yang sedang menjalin suatu hubungan. Banyak hal menarik yang bisa kita temukan dari film ini, dan buat saya, film ini mengajarkan kita semua bahwa suatu hubungan tidak akan berjalan dengan baik jika hanya satu orang yang berusaha. Dibutuhkan kerja tim yang baik dalam membina sebuah hubungan. Saling keterbukaan satu sama lain adalah kunci suksesnya sebuah hubungan, dan hal-hal tersebut tidak memandang gender dan orientasi seksual pasangan tersebut.

Film keluaran tahun 2015 ini wajib ditonton bersama pasanganmu sembari menikmati panasnya terik matahari di musim panas. Selamat Menonton.