Oleh: Ferena Debineva, S.Psi*
Suarakita.org – Pagi itu, lebih dari 120 orang memenuhi Aula Blok 1 gedung UNAS. Mereka hadir dalam sebuah seminar yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional UNAS. Seminar tersebut mengambil tema: “Menyikapi Fenomena LGBT di dalam Masyarakat Internasional dan Nasional.” Seminar yang terdiri dari dua sesi itu, dimulai pada pukul 10.00 dan selesai pada pukul 12.30 WIB.
Seminar yang terbuka untuk umum ini menghadirkan Teguh Imam Affandi dari SuaraKita dan Drs. Alfian Muthallib selaku dosen Hubungan Internasional UNAS di sesi pertama, dan Doddi W. Syahbuddin, Ph.D, serta Diana Fawzia, M.A., Ph.D di sesi kedua.
Sesi pertama membahas tentang pengertian terminologi serta respon pemerintah RI terhadap LGBT di Indonesia, serta bagaimana pengaruh keputusan Supreme Court & Declaration of Independence terkait LGBT di Amerika Serikat.
Sesi tanya jawab di sesi ini juga tidak kalah seru. Peserta bertanya mengenai kaitan antara Pancasila sila pertama dengan keberadaan LGBT, terutama kaitannya dengan kebijakan Don’t Ask Don’t Tell (DADT) yang lalu. Selain itu peserta juga banyak bertanya dan memberikan pendapatnya secara akademik tentang LGBT yang merupakan fenomena sosial di era keterbukaan sekarang.
Sesi kedua dimulai setelah istirahat selama lima menit. Sesi ini menjabarkan mengenai kultur budaya di Indonesia serta keberadaan LGBT. Seperti dalam sesi pertama, sesi kedua ini juga dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
“Ada kerupuk, sambal, dan tempe. Kerupuk, sambal dan tempe ada terhidang di hadapan mata. Ada yang suka tempe, ada yang suka kerupuk dan sambal, ada yang suka ketiganya, semuanya kembali lagi ke pilihan personal”, ujar Diana Fawzia, M.A., Ph.D, dosen politik yang merupakan salah satu pembicara di sesi kedua. Ibu Diana menggambarkan pilihan personal individu terkait dengan orientasi seksual dengan analogi yang sangat apik dan mudah dipahami.
Ada kesimpulan yang dapat ditarik dari seminar umum ini, yaitu bahwa LGBT merupakan isu yang layak diperbincangkan dalam skala isu nasional maupun internasional. Sehingga amat penting untuk melihat keberadaan LGBT secara objektif, dan mengikuti perkembangan isunya baik di dalam maupun luar negeri.
* Penulis adalah Mahasiswa Fakustas Psikologi di Universitas Indonesia