Search
Close this search box.

Jakarta – Aktor gaek Pierre Gruno, mengungkapkan ia pernah menyesalkan karena melewatkan kesempatannya untuk berkarya hingga kancah internasional. Ia mengaku pernah ditawari majalah ternama di Prancis, dan kesempatan bermain film dari Australia.

“Dulu saya pernah ditawar oleh salah satu majalah besar dari Prancis, sekitar tahun 1978. Waktu itu karier saya sedang naik daun karena menjadi model. Namun, karena banyaknya stigma yang mengatakan majalah tersebut banyak gay, maka kesempatan itu saya tolak,” ujarnya dalam sela-sela konferensi pers film terbarunya, The Witness, di fX lifestyle X’nter, Senin (16/4) siang.

Pierre menjelaskan, waktu itu majalah fashion tersebut menawarkan kontrak pertama selama setahun. “Pada enam bulan pertama saya gabung dengan beberapa model lainnya. Setelah sukses, baru boleh punya apartemen sendiri dan mengajak keluarga,” tuturnya.

Pierre mengaku menyesali hal tersebut karena merasa hal itu adalah kesempatan besarnya untuk berkarier. Selain itu, ia juga dapat menjadi “pintu” untuk menunjukkan generasi Indonesia di kancah internasional. “Saya nyesel, karena bukan hanya buat saya, tetapi juga buat model generasi yang akan datang.” ujar pria bernama asli Pierre Sadaq Hamid ini.

Pada kesempatan keduanya, Pierre, 53 tahun, ditunjuk untuk ikut dalam film yang digarap production house dari Australia, dalam film yang bertemakan tentang bom Bali. Ia merasa itu adalah kesempatan besar, mengingat film Australia banyak yang terkenal hingga Amerika Serikat, baik dari sutradara maupun bintang filmnya.

Namun, pada kesempatan keduanya tersebut, ia kembali gagal. Filmnya tidak mendapat ijin dari pemerintah Indonesia. Akibatnya, penggarapan film dipindah ke Thailand.

Beberapa waktu lalu, film The Raid yang diperankannya sempat masuk box office. Namun, ia tidak terlalu puas karena merasa perannya sangat sedikit.

Pria kelahiran 29 Agustus 1958 ini berharap pada film berikutnya, The Witness, mampu menuai sukses di Internasional. Terlebih lagi, Pierre menjalani peran sebagai tokoh utama. “Saya sangat concentrate di film ini. Saya bilang sama produser, jangan anggap saya sebagai orangtua, katakan saja, `acting om jelek`. Atau, `acting om kurang`,” ujar Pierre.

Meskipun belum sesukses The Raid, Pierre sangat optimis film ini bisa punya nama, minimal untuk kancah Asia. [WS]

Sumber: gatra.com