Suarakita.org- Seorang akitvis asal Ethiopia yang memperjuangkan komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) sibuk mengoperasikan laman grup Facebook untuk kaum sesama jenis di negara asalnya. Namun baru-baru ini mendapati bahwa akun miliknya diblokir oleh Facebook karena tidak menggunakan nama asli.
Menggunakan nama samaran HappyAddis, sang aktivis selama ini menggunakan jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg itu untuk menciptakan dan mengatur sejumlah grup populer untuk kaum gay di Ethiopia.
Diketahui negara yang terletak di Afrika Timur itu menjadikan homoseksualitas sebagai kriminal dan bisa mendekam di penjara selama 15 tahun. Karena itu, banyak warga yang termasuk kaum LGBT di sana menggunakan nama samaran untuk berinteraksi dengan orang lain di ranah online semata-mata demi menghindari hukuman pihak otoritas negara.
Nah, Facebook sendiri memiliki kebijakan yang mengharuskan para penggunanya menggunakan nama asli mereka di dalam jejaring sosial itu. Akun HappyAddis lalu diblokir pada Jumat (10/7) kemarin.
Mengutip situs Time, sang aktivis diharuskan untuk mengunggah dokumen yang mengkonfirmasi bahwa nama samaran “HappyAddis” adalah nama sahnya. Jika tidak, maka ia tidak bisa menggunakan layanan Facebook.
Ternyata banyak pengguna Facebook yang anti gay ternyata melaporkan bahwa akun HappyAddis adalah bukan nama sahnya sehingga membuat pihak Facebook ‘mematikan’ akun tersebut.
Zuckerberg pada awal Juli sempat mengklarifikasi mengenai kebijakan perusahaan mengenai penggunaan nama asli akun. “Nama asli Anda adalah apapun itu yang memang selalu digunakan dan nama yang biasa teman-teman gunakan untuk memanggil Anda. Jika mereka memanggilmu dengan nama panggilan dan Anda ingin menggunakannya di Facebook, ya tak masalah,” ujar sang pendiri jejaring sosial.
Juru bicara Facebook mengatakan bahwa perusahaan masih mewajibkan para ‘rakyatnya’ untuk menggunakan nama sesungguhnya di kehidupan sehari-hari. Akun HappyAddis pun hingga saat ini masih diblokir.
Pihak perusahaan juga hanya berkomentar, para pengguna yang memang ingin memakai nama samaran, mereka menyarankan untuk menggunakan grup rahasia milik Facebook, Rooms, atau berpindah ke platform online lain yang memperbolehkan hal itu.
“Jika Facebook menyingkirkan kita, kita tak punya pilihan lain. Facebook itu media sosial terpopuler. Kita sulit menemukan orang lain di platform luar Facebook karena tak ada yang menggunakannya,” ujar HappyAddis.
Pemblokiran yang dilakukan Facebook tersebut cukup membuat kecemasan kaum LGBT. Masih mengutip Time, apabila jejaring sosial itu tetap tegas terhadap kebijakan tersebut maka hal ini bisa memicu keadaan yang semakin sulit bagi para kaum LGBT di Ethiopia untuk berkomunikasi satu sama lain. (Teks, Hani Nur Fajrina)
Sumber: CNN Indonesia