Suarakita.org– Ketika syair terakhir lagu Nyiur Melambai diselesaikan oleh 15 waria yang tergabung dalam pondok pesantren (Ponpes) waria Al Fatah Yogyakarta, Sontak riuh tepuk tangan memenuhi Pendapa Kabupaten Jepara.
Siang itu, Nyiur Melambai menjadi lagu terakhir dari tiga lagu yang dibawakan dengan kompak oleh kelompok waria yang berkebaya serba hijau. Latihan keras beberapa minggu yang dilakukan berbuah juga, mereka mampu menuai decak kagum para peserta yang hadir. Bait demi bait dari tiga lagu yang mereka siapkan mampu mereka tampilkan dengan baik. Apresiasi yang positif datang dari masyarakat, mahasiswa dan perangkat kabupaten yang datang dalam rangka menghadiri Seminar Nasional Figh Indonesia, 31 Maret 2015.
Perjalanan jauh para waria Ponpes Waria Al Fatah Yogyakarta, menembus malam selama 5 jam dari kota Gudeg, serta melawan lelah dan kantuk terbayar sudah. Meski di awal penampilan mereka sedikit grogi, tetapi semangat juang tetap mereka tunjukkan. Kini masyarakat mengerti bahwa banyak potensi yang waria miliki, sama dengan kebanyakan orang. Keberadaan waria memberi warna dalam kehidupan beragama dan bernegara. Sekaligus mengajak umat beragama untuk berpikir terbuka serta bijaksana menghadapi keberagaman.
Foto dan teks : NICO*
*NICO, Freelance photographer dan travel writer yang pernah mendapat award dari Unesco Bangkok tentang Promoting Gender Equality in Education tahun 2008 dan 2010. Berkontribusi dalam buku Traditional Visual Motifs & Patterns: Auspicious Symbols of Asia, APCEIU Unesco Korea. Kini banyak belajar dengan komunitas Pesantren Waria di Yogyakarta.