Search
Close this search box.
Warga Amerika melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah perkosaan, mulai dari meningkatkan kesadaran dan aktivitas di kampus hingga inisiatif pada tingkat pemerintahan. (Foto: dok.)
Warga Amerika melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah perkosaan, mulai dari meningkatkan kesadaran dan aktivitas di kampus hingga inisiatif pada tingkat pemerintahan. (Foto: dok.)

Suarakita.org- Serangan seksual terjadi di seluruh dunia. Laporan baru-baru ini tentang perkosaan beramai-ramai di India dan kekerasan seksual di berbagai universitas di Amerika telah kembali menyorot isu ini.

Warga Amerika melakukan berbagai upaya untuk menangani masalah perkosaan, mulai dari meningkatkan kesadaran dan aktivitas di kampus hingga inisiatif pada tingkat pemerintahan.

Salah satunya adalah semakin banyak perempuan-perempuan muda ingin mempelajari teknik bela diri.

Menurut penelitian yang dilakukan antara tahun 1995 – 2012 dan baru saja dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman Amerika, perempuan berusia 18 hingga 24 tahun mengalami tingkat perkosaan dan serangan seksual tertinggi dibanding kelompok umur lain.

Sebagian besar serangan seksual itu terjadi di kampus dan universitas di Amerika.

Aktivis keamanan kampus Daniel Carter mengatakan meskipun latihan bela diri merupakan komponen penting guna mencegah serangan seksual, itu saja tidak menyorot akar masalah tersebut.

“Kita harus mengubah budaya yang mentolerir tindakan tersebut karena hal itu akan memungkinkan orang asing atau pelaku yang dikenal untuk mengulangi kembali tindakan mereka, dan lingkungan masyarakat membiarkan hal itu dan malahan pura-pura tidak tahu,” ujar Daniel.

Kasie Edwards setuju dengan pendapat tersebut.

Bulan Oktober 2008 Kasie Edwards diperkosa di universitasnya di Florida ketika ia sedang bekerja di perpustakaan kampus.

“Saya sedang membawa setumpuk buku dan akan menyusunnya di rak-rak buku dan melihat ada seorang laki-laki di lantai perpustakaan yang sama. Ia mengenakan jaket dengan penutup kepala atau hoodie. Saya tidak menyangka akan terjadi sesuatu, jadi saya pergi ke lorong antar lemari untuk menaruh buku di rak-rak lemari itu. Ketika itulah laki-laki tersebut menyerang saya dari belakang, memiting saya dan menjatuhkan saya ke lantai. Ia kemudian memperkosa saya,” ujarnya.

Kasie Edwards melaporkan serangan itu kepada polisi tetapi penyerangnya tidak ditangkap. Ia masih memperkosa tiga perempuan lain sebelum akhirnya ditangkap karena membunuh pacarnya.

Sejak penyerangan itu, Kasie Edwards mencoba mendekati para korban perkosaan lainnya.

“Saya membantu korban-korban lain untuk menyadari bahwa perkosaan itu bukanlah sesuatu yang memalukan bagi mereka,” kata Kasie.

Kasie Edwards juga bekerjasama dengan pemerintah Obama yang meluncurkan kampanye untuk mengakhiri aksi kekerasan seksual di kampus-kampus Amerika.

Kampanye itu mencakup iklan layanan masyarakat yang menghadirkan sejumlah bintang film, musisi, politisi, termasuk Presiden Barack Obama sendiri.

“Sejauh yang kita ketahui, fakta dari liga-liga olahraga hingga kebudayaan pop dan politik, tampak bahwa masyarakat kita masih belum menghargai perempuan sebagaimana mestinya. Kita masih belum mengutuk serangan seksual sekeras yang seharusnya kita lakukan. Kita mencari-cari alasan. Kita pura-pura tidak tahu. Pesan yang muncul dari sikap itu bisa menimbulkan dampak mengerikan pada remaja perempuan.”

Sementara isu penyerangan seksual terus dibicarakan, besar harapan agar suatu hari nanti semua perempuan bisa berjalan diluar rumah dan di kampus Amerika tanpa rasa takut

Sumber: VOA