Search
Close this search box.

Nia Dinata: “Tidak Harus Jadi Politisi untuk Belajar Politik”

Suarakita.org– Melalui film dokumenter “Nyalon” kita dibawa pada realita tentang kondisi kearifan lokal dan pentingnya pendidikan politik ditataran grassroot (akar rumput).

Sebuah film dokumenter bertajuk “Nyalon” ,durasi empat puluh menit, garapan sutradara Ima Puspita Sari diluncurkan di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta Pusat (19/10/2014).

“Nyalon” berkisah tentang sepasang suami-istri , Dini dan Kardi, yang sehari-harinya mencari nafkah dengan membuka salon di Wates Kulonprogo, Yogyakarta. Salon yang dibuka oleh Dini berlokasi didalam Pasar Wates, sementara salon yang dibuka Kardi berjarak 200 meter dari pasar. Para pelanggan kedua salon tersebut umumnya penjual dan pembeli di pasar. Saat  menjelang pemilihan legislatif dan pemilihan umum 2014, perbincangan sosial terkait para calon pejabat publik menjadi topik yang tak terhindarkan oleh para pelanggan dikedua salon tersebut, dan Ima merekam dialog-dialog para pelanggan salon kedalam karya film dokumernya yang sangat menghibur dan tidak membosankan.

Ima Puspita Sari, Sutradara Film "Nyalon". Foto.Dok/SuaraKita/Yatna Pelangi)
Ima Puspita Sari, Sutradara Film “Nyalon”. Foto.Dok/SuaraKita/Yatna Pelangi)

Pada kesempatan yang sama Nia Dinata selaku produser film “Nyalon” mengatakan bahwa melalui film ini kita tidak harus menjadi politisi untuk belajar politik. dan bangsa Indonesia tidak boleh buta Politik. Melalui film dokumenter “Nyalon” mengajak kita bahwa segala perbedaaan yang ada disekeliling kita harus dihargai, dan harus disikapi dengan semangat persatuan.

Nia juga menambahkan bahwa film dokumenter yang baru saja diluncurkan ini merupakan hasil program Masterclass Workshop Project Change! 2013 yang didukung penuh oleh Ford Foundation yang diadakan pada 18 Desember 2013 hingga 31 Desember 2013. Project Change! yang pertama telah menghasilkan omnibus film dokumenter “Pertaruhan” dan yang kedua menghasilkan omnibus film dokumenter “Working Girls”. Workshop Project Change! ketiga tahun 2013 diikuti oleh 30 peserta terpilih dari wilaya Aceh, Bali, Lombok, Jakarta, Medan, Papua, Tasikmalaya, Purbalingga, Yogyakarta dan Bandung. dan masih akan ada empat film lagi yang terpilih dari Project Change! 2013 lalu yang sekarang sedang dalam tahap produksi.

Dalam film dokumenter “Nyalon”, terlihat secara gamblang bahwa banyak para pemilih yang “menitipkan” suaranya hanya dari kacamata suka dan tidak suka, bukan pada pertimbangan kritis. dan tentunya  ini adalah pekerjaan “rumah” yang harus dilakukan oleh para pemangku kekuasaan negeri ini, bahwa pendidikan politik bagi seluruh rakyat diseluruh penjuru Nusantara manjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi. dan Negara berkewajiban memberikan pendidikan apapun kepada warganya dengan semangat keberagaman yang berlandaskan hak asasi manusia. (Yatna Pelangi)

*Kalyanashira Foundation mempersilahkan bagi siapapun untuk mengkases film-film dokumenter Project Change untuk kepentingan pendidikan dengan menghubungi email: publicist.kalyanashira@yahoo.com