Search
Close this search box.
(sumber: huffingtonpost.com)
(sumber: huffingtonpost.com)

Suarakita.org- Sebelas orang pria dipenjarakan  atas dugaan penyerangan terhadap seorang waria pada Minggu pagi, seperti dilaporkan oleh The Daily Ha’aretz.

Para tersangka, penduduk kota Yavne  berusia duapuluhan, adalah petugas kepolisian  di perbatasan Israel. Saat penyerangan terjadi mereka tidak dalam bertugas, menurut yavninton,  sebuah koran lokal di sana.

Berdasarkan laporan kepolisian, sebelas pria itu menargetkan  waria tersebut setelah mereka pergi dari sebuah night club di selatan Tel Aviv, dan  kemudian mereka pun memukuli dengan kasar dan menyerang waria tersebut dengan penyengat listrik  serta semprotan merica.

Para pelaku, yang menggunakan topeng saat penyerangan, berusaha kabur dari tempat kejadian perkara dengan dua kendaraan namun dapat ditangkap oleh kepolisian Israel setelah aksi kejar-kejaran.

Para pria yang saat ini diserahkan ke penjara ditunda proses investigasi dan pengadilannya.

Berdasarkan laporan Ha’aretz, polis mencatat motivasi dari aksi kriminal ini  adalah “karena bosan” dan “Candaan” ketimbang  kebencian berbasis transfobia.

Yediot Aharonot Daily melaporkan bahwa “Kekhilafan yang sangat  dalam, polisi salah menidentifikasi  jenis kelamin waria itu dalam laporannya”

Komunitas LGBT Israel sangat marah dengan pemberitaan media yang transfobik, yang mana “menjelaskan” secara enteng bahwa transgender perempuan adalah “laki-laki yang berpakaian perempuan” dan juga  memberitakan penyerangan itu sebagai lelucon.

Niki Sever, aktivis transgender Israel, mengatakan “Aku tidak tahu apa yang lebih mengecewakan aku,  aksi kekerasan  yang terjadi di negaraku atau cara media menegaskan identitas korban”.

“Identitas korban sangat penting  sebagai penegasan bahwa ini adalah kasus criminal berbasis kebencian pada transgender” kata Sever.

Project Gila, sebuah kelompok advokasi transgender Israel, meminta  media untuk melaporkan isu transgender secara lebih bertanggung jawab.

Dalam pernyataannya  Gila menyebutkan bahwa laporan itu hanya “Puncak dari gunung es dari banyak insiden yang tidak dilaporkan”.

Aguda, organisasi LGBT Israel terbesar mengatakan bahwa “Penyerangan brutal ini memperlihatkan, bagaimana komunitas transgender  sangat menderita dari aksi kekerasan tersebut”. (Gusti Bayu)

 

Sumber:  lgbtiqnation.com