Suarakita.org- Munculnya wacana agar orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dicoret dari daftar salah satu penerima program Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) yang akan diluncurkan pada 2014 nanti, memicu reaksi keras para aktivis HIV/AIDS.
Salah satu aktivis HIV/AIDS dari Spekham, Ayu, mengatakan, bila para penderita HIV/AIDS tidak diikutsertakan dalam program BPJS, secara tidak langsung pemerintah telah menelantarkan warganya yang kebetulan terkena penyakit mematikan. Padahal, program tersebut menggunakan uang milik negara.
“ODHA tidak diikutsertakan dalam program BPJS, bisa mati nanti para penderita HIV/AIDS. Siapa orangnya yang mau terkena penyakit mematikan tersebut. Kami keberatan kalau nantinya program BPJS yang akan diluncurkan, para penderita HIV/AIDS dicoret sebagai salah satu yang berhak menerima program BPJS tersebut,” papar Ayu kepada Okezone di Solo, Jawa Tengah, Rabu (4/12/2013).
Ayu mejelaskan, salah bila ada anggapan ODHA adalah orang yang memiliki gaya hidup tidak sehat dan menganut pergaulan bebas yang condong suka berganti-ganti pasangan seperti para PSK.
“Dari berbagai kasus yang kami tangani, mulai dari PSK hingga kepecandu Narkotika itu rata-rata mereka yang menjadi korban. Keputusan menjadi PSK, itu dipicu karena KDRT, ditinggal pergi pacarnya. Sedangkan bagi para pecandu Narkotika, nekat menggunakan barang haram karena bujuk raya para pengedarnya. Jadi tidak adil bila para korban HIV/Aids ini tidak mendapatkan haknya,” paparnya.
Berdasarkan data Spekham, sejak tahun 2005 hingga 2013 total penderita HIV/AIDS di wilayah Surakarta sebanyak 1.112 orang terkena. Dari jumlah tersebut di antaranya 242 ibu rumah tangga dan anak-anak yang terkena virus HIV/AIDS.
Sumber : okezone.com