Search
Close this search box.

 

Poster Film Sumber : gey-nerd.com
Poster Film
Sumber : gey-nerd.com

Suarakita.org- Breakfast With Scot adalah film gay yang langka. Film yang tidak menggunakan formula seksual eksplisit ini tetap bisa menghibur sahabat-sahabat Our Voice yang datang di acara nonton bareng, pada Minggu 17 November 2013.

Film Breakfast With Scot diadaptasi dari novel karya Michael Downing, profesor di Tufts University, Kanada. Film ini pernah mendapat perhatian luas publik Kanada di tahun 2006 karena mendapat izin untuk menggunakan atribut dan logo National Hockey League dan Toronto Maple Leafs dalam film ini. Breakfast With Scot menjadi film gay pertama yang mendapta izin  semacam ini dari organisasi olahraga profesional.

Film yang memenangkan penghargaan International Queer Film Festival di Hamburg, Jerman pada 2008 ini menceritakan susah senang  pasangan gay dalam mengasuh anak. Erik (Tom Cavanagh) dan Sam (Ben Shenkman) sudah bersama selama 4 tahun. Mereka sepakat untuk tidak memiliki anak. Namun kehidupan mereka yang mapan dan nyaman berubah ketika dinas sosial pelayanan anak menghubungi mereka. Eric dan Sam dititipi anak mantan pacar kakak sam, Billy(Collin Cunningham), bernama Scot. Pertama kali bertemu dengan Scot (Noah Bernett), Eric dan Sam kaget karena mereka menemukan bulu-bulu berwarna, make-up, ikat pinggang pink. Mereka merasa Scot terlihat lebih out of closet dibanding mereka. Meskipun scot tidak mengidentifikasi dirinya sebagai gay atau transgender.

Setelah film  usai, diskusi santai pun dimulai. Komentar menarik datang dari Shinta, dia menyatakan bahwa tiap manusia adalah androginous. Dan menurutnya isu gay di mana-mana sama, “Labeling sissy masih sangat kental…. Itu seksis banget” ungkap Shinta.

Acung, mahasiswa sosiologi mengungkapkan bahwa masalah LGBT harus ditinjau pula dari teori kelas ekonomi, “Jadi tidak cuma masalah identitas”.  Berkaitan dengan ini, Baim mengungkapkan fakta menarik bahwa di LGBT pun ada ‘kelas’, “Teman teman gay yang ngondek dianggap menduduki kelas yang lebih rendah” ungkap Baim.

Menurut Acung, adalah suatu masalah jika kelompok yang sudah minoritas juga membangun kelas-kelas. (Gusti Bayu)