Search
Close this search box.
Ilustrasi alat kontrasepsi. (sumber: Freedigitalphotos/ BrandonSigma)
Ilustrasi alat kontrasepsi. (sumber: Freedigitalphotos/ BrandonSigma)

Suarakita.org- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa angka kematian ibu melahirkan di Papua masih cukup tinggi sehingga harus menjadi perhatian serius.

“Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah, karena bagaimanapun juga, perempuan-perempuan Papua harus dilindungi kesehatan reproduksinya,” kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Julianto Witjaksono ketika dihubungi dari Jakarta, Rabu (30/10).

Untuk itu, BKKBN bersama Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) melakukan peninjauan tempat pelayanan umum, pelayanan KB sekaligus meresmikan pusat kegiatan masyarakat dan rumah pintar di Kampung Wulukubun, Kabupaten Keerom, Papua.

Julianto Witjaksono mengatakan, dalam setahun sekitar 500 ibu meninggal karena pendarahan saat melahirkan di wilayah tersebut.

Tetapi, dia menambahkan, tidak mudah memberikan pelayanan KB pada perempuan asli Papua.

“Dari sekian banyak jenis pelayanan KB, hanya pil KB, suntik, dan pemasangan implant yang diminati,” katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Nerius Auparay mengakui bahwa diperlukan strategi untuk menyosialisasikan program KB kepada penduduk asli.

Petugas selalu menjelaskan bahwa KB bukanlah untuk membatasi jumlah anak tapi menjarangkan kelahiran. Hal tersebut dilakukan untuk mengubah pola pikir warga setempat mengenai manfaat program keluarga berencana.

Sumber : beritasatu.com