Search
Close this search box.
Para pengunjuk rasa memegang potret para perempuan Korea yang dipaksa menjadi budak seks oleh tentara Jepang selama Perang Dunia Kedua, dalam upacara penghormatan bagi Lee Yong-nyeo, di pusat Seoul (14/8). Lee, salah seorang mantan budak seks tentara Jepang jaman PD II, dilaporkan meninggal dunia hari Minggu (11/8).
Para pengunjuk rasa memegang potret para perempuan Korea yang dipaksa menjadi budak seks oleh tentara Jepang selama Perang Dunia Kedua, dalam upacara penghormatan bagi Lee Yong-nyeo, di pusat Seoul (14/8). Lee, salah seorang mantan budak seks tentara Jepang jaman PD II, dilaporkan meninggal dunia hari Minggu (11/8).

Suarakita.org- Sedikitnya dua ribu orang berdemonstrasi di luar Kedutaan Besar Jepang di Seoul, termasuk seorang perempuan Korea yang dipaksa bekerja di rumah pelacuran yang dikelola militer semasa perang

Demonstran berkumpul di Korea Selatan dan Taiwan hari Rabu menuntut Jepang minta maaf dan memberi kompensasi kepada para perempuan yang dipaksa bekerja sebagai budak seks untuk tentara Jepang semasa Perang Dunia Kedua.

Sedikitnya dua ribu orang berdemonstrasi di luar Kedutaan Besar Jepang di Seoul, termasuk Kim Bok-dong – seorang perempuan Korea yang diculik dari desanya dan dipaksa bekerja di rumah pelacuran yang dikelola militer semasa perang.

Kelompok yang lebih kecil berkumpul di Taipei, mengacung-acungkan spanduk dan meneriakkan seruan menuntut keadilan bagi enam mantan “wanita penghibur” yang masih hidup di Taiwan.

Sejak tahun 1991, demonstrasi dilangsungkan setiap tahun pada tanggal 14 Agustus, untuk memperingati hari ketika “wanita penghibur” pertama mengungkapkan pengalamannya. Banyak wanita lainnya mengikuti jejaknya itu.

Sedikitnya 200 ribu perempuan – terutama dari Korea – diperkirakan telah dipaksa menjadi budak seks bagi tentara Jepang semasa Perang Dunia Kedua.

Sumber : VOA