Search
Close this search box.
(Ilustrasi : theaustintimes.com)
(Ilustrasi : theaustintimes.com)

Ourvoice.or.id- Para pejabat tinggi di Uni Eropa menyerukan perlunya tindakan meredam intoleransi dan tindak kekerasan terhadap kaum minoritas homoseksual.

Setelah keluarnya laporan mengenai tindakan intoleransi dan kekerasan terhadap kaum homoseksual yang terjadi di Eropa, para petinggi Uni Eropa mengeluarkan seruan perlindungan terhadap kelompok minoritas ini:
“Homofobia dan transfobia merupakan pelanggaran martabat kemanusiaan, yang bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip dasar Uni Eropa,“ demikian tandas Komisisaris Hukum dan Hak Fundamental Uni Eropa, Viviane Reding, dalam sebuah konferensi di Den Haag.

“Memerangi homofobia atau rasa ketakutan terhadap kaum homoseksual harus menjadi bagian dari upaya tegas yang dilakukan terus-menerus, dan bukan hanya dilakukan oleh institusi, melainkan juga masyarakat keseluruhan”, ujar Presiden Italia Giorgio Napolitano.
Negara yang dipimpin Napolitano merupakan negara kedua terburuk untuk isu pelanggaran hak kaum homoseksual di Uni Eropa, dalam survei yang dilakukan Lembaga Hak Fundamental FRA.

Napolitano menambahkan, serangan atau diskriminasi terhadap orang-orang berdasarkan orientasi seksualnya merupakan hal yang tidak dapat ditolerir.

Tingkat Diskrimnasi Tinggi
Dalam survei yang hasilnya baru dirilis, data menunjukan lebih dari 47 persen responden mengalami diskriminasi atau tindak kekerasan dalam 12 bulan terakhir. Survei itu dilakukan terhadap lebih dari 93.000 lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di 27 negara anggota Uni Eropa plus Kroasia yang akan segera bergabung dengan Uni Eropa. Dari survei itu diketahui pula, para kaum LGBT mengalami rasa takut, isolasi dan diskriminasi di Eropa.

Dua puluh lima persen dari responden mengalami serangan secara fisik atau mengalami ancaman nyata dalam lima tahun terakhir. Hampir 60 persen meyakini serangan itu tak lepas dari status orientasi seksual mereka. Namun delapan puluh persen dari LGBT yang mengalami serangang tak berani melapor ke polisi setelah terjadinya insiden, karena berpikir polisi pun tak dapat berbuat apapun.
Laporan itu juga menunjukan orang-orang yang penampilannya dianggap ‘tak sepadan‘ dengan gender mereka, paling banyak menerima diskriminasi, terutama di tempat kerja atau layanan kesehatan. Dua pertiga responden juga mengaku mencoba menyembunyikan orientasi seksual mereka di sekolah.

Di Lithuania, Italia atau Bulgaria, angka diskriminasi tinggi di atas rata-rata, di mana para politisinya sering mengeluarkan pernyataan yang dianggap menghina kaum LGBT. Berdasarkan survei itu, direktur FRA, Morten Kjaerum mengatakan, “Tantangan untuk memerangi diskriminasi pada kaum LGBT itu masih sangat besar,“

Sumber : dw.de