Search
Close this search box.

Agama, Api dan Manusia

(Suasana kuliah umum di Our Voice, Foto : Teguh/Ourvoice)

Ourvoice.or.id- Rangkaian seri Kuliah Umum Sejarah Seksualitas dalam Agama-agama, Minggu 28 April 2013 mengangkat tema Sejarah Seksualitas dalam Kekristenan, dengan dosen Tamu Stephen Suleeman, bertempat di Sekretariat Our Voice, Kalibata, Jakarta Selatan.

Tepat Pukul 16.00 WIB kuliah umum dibuka oleh Lutfi, staff Our Voice, yang bertindak sebagai moderator. Ada sekitar 30 orang memadati sekretariat Our Voice, ada aktifis, mahasiswa dan juga beberapa pekerja kantoran yang memang tertarik mengikuti kegiatan ini.

Setelah Lutfi membuka kuliah umum, Pendeta Stephen Suleeman memaparkan makalah sebanyak 17 halaman yang berjudul Sejarah Seksualitas Dalam Kekristenan. Dalam paparan pembuka Pendeta Stephen mengatakan bahwa sejarah seksualitas dalam kekristenan bukanlah hal yang mudah karena akan dihadapkan pada sebuah entitas yang tidak tunggal, dan di dalam sejarah perjalanannya telah mengalami banyak gejolak, perubahan, pergeseran pemahaman dan sebagainya.

Selanjutnya Pendeta Stephen juga menegaskan bahwa ia datang dari latar belakang gereja protestan yang dikenal cukup moderat dalam menghadapi berbagai isu di masyarakat termasuk dengan isu-isu seksualitas yakni Jemaat Pieta.

(Pendeta Stephen Suleeman, Foto : Teguh/Ourvoice)
(Pendeta Stephen Suleeman, Foto : Teguh/Ourvoice)

Pendeta Stephen Suleeman yang saat ini menjadi Dosen Sekolah Tinggi Teologi Jakarta(STT Jakarta), sudah saya kenal melalui berbagai forum diskusi. Beliau kerap kali membicarakan hak-hak minoritas dan perempuan. Bahkan ia kerap membuat diskusi tentang homoseksualitas dan Agama di kampus Sekolah Tinggi Teologi Jakarta. Sungguh unik, karena tak banyak Pendeta di negeri ini yang mau membicarakan wacana homoseksualitas.

Sebelum saya lanjutkan, saya ingin kembali pada kuliah umum minggu lalu tentang sejarah seksualitas dalam agama Timur. Berdasarkan makalah yang dibuat oleh Saras Dewi, seksualitas memiliki posisi yang sangat sakral dalam kehidupan manusia, bahwa senggama atau persetebubuhan bisa juga diartikan sebagai pendekatan diri pada Sang Pencipta bila dilakukan dengan kesungguhan tanpa paksaan. Di sinilah letak nilai spiritual seksualitas menurut agama Timur. Lantas bagaimana seksualitas dalam kekristenan?

Halaman dua di makalah Pendeta Stephen, hati saya agak terasa damai membaca barisan kata yang berbunyi Pertama-tama, semua orang Kristen tampaknya sama-sama menganut pemahaman bahwa manusia di ciptakan oleh Allah baik adanya. Namun ketika kata demi kata saya telusuri hadir sebuah kata yang membuat saya fuyunghai alias pusing tujuh keliling, ketika membaca kata beranak cuculah dan bertambah banyak….dengan demikian kita melestarikan alam ciptaan.

Bagi saya yang seorang gay tentulah pernyataan ini cukup menampar pipi kiri dan pipi kanan saya. Karena sebagai homoseksual hubungan yang saya jalankan adalah sebuah hubungan yang berupa rekreasi bukan prokreasi, meskipun sekarang sudah memungkinkan melakukan pembuah bayi tabung tetap saja bahwa memiliki anak adalah sebuah keputusan dan pilihan individu.

Dalam kartu tanda penduduk agama yang tertera adalah Islam, walau perintahnya berupa sholat lima waktu tidak pernah saya lakukan. Pada satu titik di dalam kehidupan saya, menyebut asma Allah adalah yang yang membuat energy positif hadir, namun di sisi lain saya juga mendapatkan hujatan yang luar biasa karena mencintai sesama jenis. Kadang saya merasa bahwa agama dan api begitu dekat, Agama bisa menjadi penerang dalam kegelapan tapi kadang justru ia juga membakar kebebasan individu hingga menjadi abu. (Yatna Pelangi)

Makalah lengkap dapat didownload disini.