Oleh: Jaqline Jeannnette Theresia Hellena Layratu & Polma Parulian Simare Mare*
SuaraKita.org – Minggu, 22 Juni 2025, pagi yang hangat di Rumah Belajar ICW menjadi saksi semangat para transpuan dari komunitas Warna Sehati Depok yang antusias mengikuti pelatihan bertajuk “Pelatihan Penyusunan CV, Surat Lamaran Kerja, dan Mengenali Lowongan Kerja Palsu/Scam”. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Perkumpulan Suara Kita dan difasilitasi oleh Mia Olivia, Project Advisor yang telah lama berkecimpung dalam pemberdayaan komunitas LGBTQI+.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sederhana namun krusial: membantu teman-teman transpuan agar dapat menyusun dokumen lamaran kerja yang baik dan mampu bersaing di dunia kerja formal.

Mengapa Pelatihan Ini Dibutuhkan?
Mayoritas peserta mengaku kesulitan membuat CV yang layak dan belum pernah mendapatkan panduan yang tepat.
“Zaman dulu, masih pakai CV yang biasa dijual dua ribuan, bisa fotokopi juga, tinggal isi aja. Tapi sekarang sudah berubah, jadi bingung,” ujar Torry, salah satu peserta.
Beberapa juga mengungkapkan bahwa mereka sudah punya pengalaman menulis CV, pernah mengirimkan CV melalui email namun tidak pernah mendapatkan tanggapan, dan tidak tahu penyebabnya. Selain itu, ketidaktahuan tentang teknik wawancara juga menjadi alasan kuat mengikuti pelatihan ini. Ada peserta yang mengaku gugup saat wawancara, bahkan tidak tahu pertanyaan seperti apa yang biasanya diajukan oleh pihak perusahaan serta cara menjawabnya.
“Kadang aku udah buat CV, tapi kok ga pernah dipanggil kerja. Apa karna LGBT ya? Umur? atau? Jadi di pelatihan ini aku mau tau aja, cara bikin CV yang proper gitu.” ujar Becky, seorang peserta lainnya dengan penuh harap.
Proses Pelatihan: Dari Teori sampai ke Role-Play
Pelatihan ini tidak hanya berisi ceramah satu arah. Peserta aktif dilibatkan dalam proses diskusi dan penyusunan CV dari awal. Mia Olivia, sebagai fasilitator, menjelaskan apa saja komponen penting dalam sebuah CV: data diri, riwayat pendidikan, pengalaman kerja, keahlian, dan prestasi yang relevan. Tidak hanya itu, beliau juga memberikan tips and trick untuk bisa menulis CV dengan baik walau pelamar tidak memiliki basic pendidikan formal yang tinggi.

Peserta juga diajak langsung menyusun CV dan surat lamaran kerja dengan cara masuk dalam kelompok kecil untuk dibimbing panitia. Dalam prosesnya, para peserta mengalami kesulitan. Kesulitan menyusun kalimat yang tepat dan merangkai pengalaman kerjanya ke dalam format yang “profesional” adalah salah satu hal yang banyak dikeluhkan peserta. Dari situ Kak Mia menegaskan bahwa semua pengalaman kerja —selama itu relevan dengan pekerjaan yang kita lamar— bisa dituliskan secara jujur dan positif, asalkan juga dikemas dengan baik.
Bagian penting lainnya dari pelatihan ini adalah membekali peserta dengan kemampuan mengenali lowongan kerja palsu atau scam. Kak Mia membagikan ciri-ciri umum lowongan palsu, seperti permintaan biaya administrasi, ciri ciri website dan email bodong, janji gaji besar yang tidak masuk akal, atau perekrutan yang dilakukan melalui media sosial tanpa proses yang jelas. Para peserta diajak untuk mengecek ulang informasi lowongan dan menggunakan situs-situs terpercaya saat mencari pekerjaan.
Terakhir, peserta diperlengkapi dengan materi “wawancara”. Isinya seputar, seperti apa pertanyaan pertanyaan dasar dan situasi seperti apa yang akan dihadapi ketika pelamar kerja berhasil maju ke tahap wawancara. Peserta juga diajarkan tips and trick dalam wawancara kerja seperti, hal hal apa saja yang baik dan yang sebaiknya dihindari.
Kegiatan seperti ini sangat penting dilakukan secara berkala. Pemberdayaan tidak hanya soal ekonomi, tapi juga soal mengembalikan kepercayaan diri teman-teman transpuan untuk percaya bahwa mereka layak dan mampu bersaing juga bekerja secara profesional. Sebuah langkah kecil yang berarti besar dalam mendorong akses transpuan ke dunia kerja yang lebih setara dan bermartabat.
*Penulis adalah para Mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang tengah melakukan program Social Immersion di Suara Kita.