Search
Close this search box.

Nukilan Kehidupan Kelompok Biseksual di Kalangan Pembaca Blog Rasionalisme AstralCodexTen

Oleh: Masyhur*

SuaraKita.org – Untuk Bisexual Awareness Week tahun ini, saya ingin menulis tentang karakteristik komunitas biseksual. Dibandingkan bagian dari komunitas LGBT lainnya, komunitas biseksual relatif lebih sedikit dikaji. Ini membuat mereka rentan diabaikan, semacam amnesia sosial, bahkan oleh bagian kelompok LGBT sendiri.

Studi kuantitatif yang sistematis merekam kehidupan individu biseksual masih terbatas. Namun sumber data non-tradisional bisa jadi bahan analisis alternatif. Salah satu contohnya adalah survei pembaca blog Astral Codex Ten, sebuah blog yang mengulas rasionalitas, psikologi, dll. yang ditulis oleh Scott Alexander, psikiater di San Francisco, AS. Blog ini memiliki jaringan pembaca yang luas, dan secara berkala mengadakan survei yang juga merekam karakteristik SOGIE (sexual orientation, gender identity and expression) pembacanya.

Survei pembaca terbarunya di tahun 2024 diisi oleh lebih dari 5000 responden, dan seperlimanya adalah LGBT+. Mayoritas responsnya berasal dari AS (59%), Eropa (29%), Kanada (5%), dan Australia (4%). Menilik dari sedikitnya responden dari Asia, demografi kelompok di survei ini tentu jauh berbeda dengan demografi di Indonesia, namun hasilnya tetap bisa memberi secuplik gambaran kehidupan individu LGBT dan individu biseksual dari berbagai penjuru dunia. Respons survei yang dianonimkan ini saya unduh, dan data ini menjadi basis tabulasi karakteristik kelompok biseksual untuk tulisan ini.

Ada beberapa pola menarik terkait kelompok biseksual dari survei ini:

Kelompok biseksual adalah bagian mayoritas dari kelompok LGBT.
Jumlah responden biseksual di survei ini sebanyak 555 orang, 54% dari kelompok LGBT. Sementara itu, kelompok gay (cis men) sebesar 13%, transgender 13%, lesbian (cis women) 3%, dan sisanya adalah mereka yang menjawab “Other (lainnya)” di pertanyaan seks, gender, atau orientasi seksual. Sebagai perbandingan, kelompok terbesar di survei pembaca ini adalah kelompok pria cis het sebanyak 4.081 individu (yang mana mayoritas berkulit putih, 3.605 orang). Responden LGBT lebih besar proporsinya di kalangan muda (usia di bawah 30 tahun) dibandingkan responden non-LGBT.

Sebagian responden LGBT berstatus menikah dan punya anak, dan individu biseksual proporsinya di kedua kelompok ini lebih tinggi dibanding kelompok LGBT lainnya. 137 responden biseksual berstatus menikah, dan 87 dari mereka memiliki anak. Dibandingkan dengan total responden biseksual, persentasenya untuk kedua kelompok tersebut masing-masing adalah 25% dan 16%. Walau demikian, ini lebih rendah dari kelompok cishet, yang 48%nya menikah dan 39%nya memiliki anak.

Karakteristik pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi kelompok biseksual beririsan dengan kelompok lainnya.
Empat dari lima orang responden biseksual di survei ini bergelar sarjana atau lebih tinggi. Survei ini menjaring 48 wanita biseksual dengan gelar S2, 18 orang dengan gelar S3, dan 8 orang dengan gelar doktor hukum, dokter medis, atau gelar profesional lainnya. Untuk pria biseksual, 85 respondennya memiliki gelar S2 dan 39 orang memiliki gelar S3. Meskipun demikian, proporsi responden biseksual (dan LGBT secara umum) dengan pendidikan di bawah sarjana lebih banyak daripada di antara kelompok non-LGBT bisa jadi mencerminkan tantangan yang lebih berat untuk mengenyam pendidikan.

Mencerminkan pembaca blog ACX, responden yang menyatakan diri mereka biseksual mayoritas bekerja di bidang komputer. Secara proporsi, wanita biseksual responden lebih banyak bekerja di bidang komputer dibandingkan wanita non-LGBT (36% vs 21%). Sementara itu, pria biseksual lebih banyak bekerja di bidang Matematika dan sains dibandingkan pria non-LGBT (15% vs 11%), walaupun proporsi yang bekerja di bidang komputer setara antara dua kelompok ini.

Kelompok biseksual memiliki rerata pendapatan yang lebih rendah dibandingkan kelompok cishet atau pun kelompok pria gay, namun posisi politik rata-rata mereka mirip dengan kelompok LGBT dengan gender yang sama.

Survei ACX menanyakan tentang keselarasan politik pembacanya di spektrum ekstrem kiri (skor 1) ke ekstrem kanan (skor 10). Politik kanan biasanya terdiri dari golongan konservatif agamis, kaum pro militer, dan pendukung pasar bebas, sementara politik kiri secara historis terdiri dari kaum buruh, petani, dan intelektual yang progresif. Responden cishet di survei ini lebih cenderung ke kelompok politik kanan, sementara kelompok LGBTQ+ lebih ke kiri. Namun, pria bi (dan cis gay) lebih mirip kelompok cishet lainnya, sementara wanita bi ada di posisi kedua paling kiri setelah grup transgender.

Statistik deskriptif ekonomi kelompok LGBTQ+ menunjukkan kelompok biseksual ada di posisi paling lemah. Dengan rata-rata pendapatan per tahun pria cishet sebagai tolok ukur di skala 100, rata-rata pendapatan kelompok biseksual adalah 78-80 persen. Statistik ini didasarkan pada responden yang melaporkan bahwa mereka ada di fase ekonomi “well into my career.” Bisa jadi faktor demografi seperti usia mempengaruhi perbandingan ini, namun patut dicatat bahwa kelompok pria cis gay rata-rata pendapatannya 20 persen di atas kelompok pria cishet.

Pada akhirnya, nukilan hasil tabulasi survei ACX ini menggambarkan beberapa aspek kehidupan kelompok biseksual partikelir—mereka yang membaca blog ACX. Perlu lebih banyak kajian dan studi sistematis, termasuk dengan pendekatan kuantitatif, agar kelompok biseksual keluar dari jerat amnesia selektif bi-erasure. Salam Bisexual Awareness Week!

 

*Penulis adalah peneliti yang bermukim di pesisir timur Australia.