Search
Close this search box.

[Opini] Framing Berita Terhadap Kasus Reynhard Sinaga Sebagai Bentuk Konstruksi Sosial

Oleh: Yosephine Jyesta Prajna Atidhira & Hario Pamungkas Priambodo*

Pendahuluan

Reynhard Sinaga merupakan pria asal Indonesia yang menempuh pendidikan jenjang perguruan tinggi di Manchester, Inggris pada tahun 2007. Selain itu, ia juga dikenal sebagai orang yang melakukan kekerasan berbasis gender dalam bentuk pemerkosaan terhadap banyak korbannya. Tindakan pemerkosaan ini telah dilakukannya selama 2,5 tahun dari 1 Januari 2015 hingga 2 Juni 2017.

Pada 3 Juni 2017, salah satu korban melaporkan tindakan pemerkosaan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Reynhard ke kepolisian setempat. Setelah melalui hasil rekap kepolisian, ia diduga melakukan pemerkosaan sebanyak 159 kasus dan 48 korban pria dengan kasus penyerangan seksual. Pada Januari 2020, akhirnya pria itu pun divonis penjara seumur hidup.

 

Seksualitas dan Kekerasan Berbasis Gender

Seksualitas merupakan identitas, orientasi, serta ekspresi seksual yang dimiliki oleh setiap individu. Seksualitas memiliki unsur kebebasan. Ini berarti setiap individu memiliki hak untuk bebas memilih dan menentukan seksualitas mereka tanpa adanya diskriminasi. Seksualitas juga memiliki beberapa isu di dalamnya, yaitu identitas gender, orientasi seksual, serta stigma dan diskriminasi. 

Orientasi seksual merupakan isu seksualitas yang merujuk pada ketertarikan emosional, seksual serta romantisme seseorang terhadap orang lain. Keragaman orientasi seksual seperti heteroseksual, homoseksual, biseksual, serta lain sebagainya menjadi salah satu bentuk kebebasan yang perlu dihargai oleh setiap insan individu. 

Kasus Reyhard Sinaga memiliki kaitan yang erat dengan isu orientasi seksual. Selain tindakan kejam yang dilakukan oleh Reynhard, orientasi seksual yang dimiliki oleh Reynhard sebagai seseorang yang memiliki ketertarikan dengan sesama lelaki juga menjadi salah satu isu penting. Banyak media berita bahkan hampir seluruh masyarakat Indonesia yang menyoroti hal tersebut.

Kekerasan berbasis gender merupakan tindakan kekerasan kepada seseorang yang merujuk pada segala aspek seksual seperti jenis kelamin maupun peran gender. Kekerasan berbasis gender dapat meliputi kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan serta pelecehan seksual, kekerasan terhadap perempuan, dan lainnya. 

 

Framing Berita sebagai Konstruksi Sosial

Kasus Reynhard Sinaga dianggap sebagai salah satu kasus pemerkosaan terkejam oleh masyarakat. Karena banyak media yang meliput, banyak pula sudut pandang yang diambil dalam proses distribusinya. Akibatnya,  kasus ini memberikan dampak yang cukup besar terhadap masyarakat Manchester dan Indonesia. Contohnya adalah sikap negatif masyarakat Manchester terhadap WNI di sana.

Framing pemberitaan mengenai kasus ini menjadi suatu konstruksi sosial yang dapat memengaruhi pandangan masyarakat serta menggambarkan suatu realitas kejadian. Konstruksi sosial yang terbentuk ini bertujuan agar pemerintah maupun masyarakat lebih siap dalam mencegah dan menanggulangi aksi kekerasan yang relevan dengan kasus yang sudah terjadi sebelumnya. 

Hal tersebut pun sudah didukung sebagaimana realitas dalam menyikapi kasus serupa. Indonesia dan negara lainnya sudah memiliki beberapa lembaga swasta, komunitas, bahkan badan dari pemerintah yang siap untuk menanggulangi isu seksualitas. Masyarakat pun ikut andil dalam aksi pencegahan isu seksualitas seperti keaktifan dalam kampanye yang dilakukan secara langsung maupun secara daring.

Untuk mengurangi jumlah masyarakat yang memiliki persepsi negatif kepada WNI di luar negeri, pemerintah Indonesia memberikan aksinya dalam menyikapi kasus Reynhard ini. Dalam proses penanganannya, KBRI di London sebagai wadah untuk memberikan pendampingan, memastikan Reynhard Sinaga mendapatkan hak-hak hukum sesuai peraturan yang berlaku di negara setempat. 

Selain sikap pemerintah yang berperan untuk memberikan konseling hak atas hukumnya, masyarakat Indonesia juga berperan aktif dalam menyikapinya. Pada saat kasus ini terjadi, perbincangan yang berhubungan dengan seksual masih menjadi perbincangan tabu. Penyikapan dari masyarakat tentunya berasal dari framing yang dilakukan oleh media di Indonesia. Kasus-kasus persekusi dan munculnya ketakutan serta kekhawatiran orang tua terhadap aktivitas LGBT adalah contoh dari hasil framing media tersebut.

Tidak dapat dihindari, media memiliki power dalam proses konstruksi sosial yang terjadi di masyarakat. Media di Indonesia sendiri memiliki peranan untuk menjadi wadah komunikasi bagi masyarakat yang berfungsi sebagai penghubung. Namun terkadang, media di indonesia dalam melakukan pemberitaan tidak menyorot tindakan kekerasan seksual sebagai isi berita, tetapi orientasi seksual dari pelaku yang menjadi isi beritanya. Pemberitaan dari media inilah yang dapat memberikan dampak buruk yang mengaburkan pandangan masyarakat Indonesia mengenai kekerasan seksual. 

 

*Kedua penulis adalah mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

 

Sumber: 

Alexander Haryanto. (2021, 6 Oktober). Kasus Reynhard Sinaga: Kronologi “Pemerkosaan Terbesar di Inggris”. Diakses dari https://tirto.id/kasus-reynhard-sinaga-kronologi-pemerkosaan-terbesar-di-inggris-gkaJ 

Hari Aryanti. (2020, 7 Januari). Kisah Bagaimana Reynhard Sinaga, Pemerkosa Ratusan Pria di Inggris Menjerat Korbannya. Diakses dari https://www.merdeka.com/dunia/kisah-bagaimana-reynhard-sinaga-pemerkosa-ratusan-pria-di-inggris-menjerat-korbannya.html 

Tim TvOne. (2023, 24 Maret). Masih Ingat Reynhard Sinaga? Ini Jejak Kasus si Predator Seks di Inggris, Dapat Julukan Pemerkosa Berantai Terbesar di Dunia. Diakses dari https://www.tvonenews.com/lifestyle/trend/109718-masih-ingat-reynhard-sinaga-ini-jejak-kasus-si-predator-seks-di-inggris-dapat-julukan-pemerkosa-berantai-terbesar-di-dunia?page=2