Search
Close this search box.

[Liputan] Nobar dan Diskusi: Cinta, Keluarga, dan Partai Politik 

oleh: Wisesa Wirayuda*

Masih dalam rangka memperingati ulang tahun Indonesia yang ke-78, Suara Kita menggelar acara nonton bareng dan diskusi dengan tajuk “Cinta, Keluarga, dan Partai Politik” pada 19 Agustus 2023. Acara tersebut dihadiri oleh anggota Suara Kita dan beberapa kerabat dari Suara Pelangi (Supel) Cileungsi, Kab. Bogor. Selain Supel, ada juga beberapa focal point program E-KTP Suara Kita yang turut hadir. 

Acara dimulai dengan pemutaran film Red, White, and Royal Blue. Film yang baru saja rilis pada tanggal 11 Agustus 2023 itu, bercerita soal Alex, anak dari Presiden Amerika Serikat yang jatuh cinta dengan Henry, seorang Pangeran dari Inggris. Film berdurasi dua jam ini menceritakan secara manis hubungan percintaan kedua karakter tersebut. 

Tak hanya persoalan cinta, latar belakang kedua karakter yang merupakan negarawan elite ikut mempengaruhi hubungan internasional antar kedua negara.

Nonton Bareng dan Diskusi Suara Kita – 19 Agustus 2023

Masih berkaitan dengan film tersebut, diskusi Suara Kita kali ini membahas seputar tahun politik di Indonesia pada 2024 mendatang dan bagaimana hal tersebut berdampak pada kehidupan peserta yang hadir. 

Seperti kata Thin Koesna dari Supel yang bercerita bahwa menjelang tahun politik, banyak spanduk-spanduk anti LGBT yang tersebar di lingkungannya tinggal dan bekerja, Cileungsi, Kab. Bogor. 

“Awalnya ada 18 Spanduk, sekarang tersisa 6. Ada di depan kantor Lurah, Masjid, dan lain-lain,” jelas Thin. 

Dampak lainnya dari tahun politik ini juga dialami oleh Lena, transpuan dari Jakarta. Ia berkata bahwa keluarganya makin memaksa dirinya untuk pulang ke kampung halaman untuk menikah atau dijodohkan. 

“Gara-gara pemilu ini keluarga jadi makin agresif. Mereka memaksaku untuk pulang, untuk dijodohkan,” kata Lena.

Berkaitan dengan program E-KTP bagi transpuan, dari tahun 2022 hingga 2023 sejauh ini, cukup banyak transpuan yang baru memiliki kartu tanda penduduk. Itu artinya di pemilu 2024 ini mereka berhak untuk memilih calon presiden atau disebut juga first-time voter

Dewi Nova selaku pemandu diskusi kali ini mengatakan, kondisi tersebut benar-benar berbeda dari kebanyakan orang.

“Pada orang-orang yang ber-privilege, mereka bisa memiliki KTP sejak umur mereka menginjak 17 tahun,” terangnya. 

Echi, atau lebih akrab dipanggil Mak Echi, seorang Focal Point program E-KTP untuk transpuan dari Jakarta Barat, bercerita bahwa ada dampingannya yang juga seorang transpuan baru memiliki KTP di umur 68 tahun. Hal itu tentu saja menjadi permasalahan besar. 

Dalam diskusi ini juga, peserta sepakat untuk terus menjalin komunikasi selama tahun politik masih bergulir. 

“Saling jaga, saling tanya kabar. Kalau bisa jaga keamanan media sosial kita,” kata Shafa dari Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK). 

Terakhir, Ve selaku pengurus Suara Kita yang juga seorang pengacara dan praktisi hukum menyarankan untuk memilah-milah berita dari sumber terpercaya dengan cara melihat apakah media tersebut terdaftar sebagai media resmi atau tidak.

“Kalau media tersebut terdaftar di Dewan Pers, bisa kita laporkan. Jangan takut,” jelasnya. 

Acara ditutup dengan makan-makan hidangan khas Indonesia juga dengan harapan bahwa di tahun politik ini kita semua ada dalam keadaan yang sentosa.

 

*Penulis pernah terlibat di beberapa buku terbitan Suara Kita. Esa juga adalah kontributor di website Suarakita.org sejak 2013 hingga sekarang. Beberapa pelatihan jurnalistik yang pernah ia ikuti antara lain dari Suara Kita, Jurnal Perempuan, dan Wahid Foundation.