SuaraKita.org – SuaraKita mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi secara daring dengan kawan-kawan dari Asian Development Bank (ADB). ADB adalah sebuah institusi perbankan yang memiliki tujuan untuk membebaskan negara-negara di Kawasan Asia-Pasifik dari kemiskinan. ADB memberikan bantuan kepada negara-negara anggota, sektor swasta, dan Kerjasama antara sektor publik maupun sektor swasta. Bantuan-bantuan yang diberikan dapat berupa hibah, pinjaman keuangan, bantuan teknis, dan investasi yang mendorong pembangunan.
Karyawan yang bekerja di ADB berasal dari berbagai negara dengan latar belakang maupun identitas yang beragam, ADB memastikan lingkungan kerja mereka merupakan lingkungan yang inklusif dan mengutamakan profesionalitas dalam bekerja. ADB juga memiliki seperangkat aturan dan kebijakan yang memastikan setiap orang yang bekerja di sana bebas dari diskriminasi. Hal ini membuat SuaraKita tertarik untuk bertemu dan belajar dari ADB tentang bagaimana caranya menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. SuaraKita ingin mengetahui lebih dalam tentang sistem kepegawaian, kebijakan, maupun praktik baik yang dilakukan oleh ADB untuk menciptakan ruang aman bagi seluruh karyawan termasuk mereka yang termasuk dalam kelompok LGBTQI.
Menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai perbedaan
SuaraKita telah beberapa kali mencoba untuk bertemu dan berdiskusi dengan ADB. Akhirnya di bulan November yang lalu, kami mendapatkan kesempatan itu. Dalam acara bincang santai ini, ADB diwakili oleh 7 orang, salah satunya adalah Ramsey Ramli selaku Senior Administrative Officer di ADB. Beliau adalah orang yang bertanggung jawab tentang kepegawaian di ADB.
Pertemuan diawali dengan perkenalan antar-lembaga. SuaraKita memperkenalkan sejarah organisasi serta kondisi kelompok LGBTQI di Indonesia. Di perkenalan ini, SuaraKita juga menyampaikan bahwa saat ini sedang berkampanye untuk menciptakan lapangan kerja yang inklusif dan bebas dari diskriminasi. SuaraKita menyampaikan bahwa saat ini kawan-kawan LGBTQI sulit untuk mendapatkan pekerjaan maupun bekerja di lingkungan yang aman akibat dari identitas mereka. Maka dari itu, SuaraKita ingin bertemu dan belajar dari berbagai institusi yang sudah berusaha untuk menciptakan lapangan kerja yang inklusif bagi kelompok marginal.
Perkenalan dilanjutkan oleh Ramsey tentang nilai-nilai dari Human Resource (HR) dari ADB tentang bagaimana mereka menciptakan lingkungan kerja yang baik untuk semua karyawan. ADB menjunjung tinggi keberagaman dan inklusi, terlepas dari gender, usia, kewarganegaraan, ras, orientasi seksual, dan identitas gender. ADB yakin bahwa seluruh staf itu unik dan mereka terbuka untuk menerima semua orang untuk bergabung dan bekerja di sana.
Untuk memastikan seluruh prinsip dijalankan dengan baik, ADB memiliki lembaga internal Bernama Office of Professional Conduct yang memastikan kode etik dijalankan oleh seluruh karyawan. Lembaga ini berdiri terpisah dari HR. Cahyadi Indrananto selaku Senior External Relations Officer menjelaskan bahwa Office of Professional Conduct juga bertugas untuk memastikan seluruh karyawan terbebas dari “unconscious bias” yang dapat mengaburkan pengambilan keputusan. “unconscious bias” yang dimaksud adalah cara berpikir secara bias yang tidak disadari oleh seseorang ketika sedang berinteraksi dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang berbeda.
Office of Professional Conduct juga mengadakan berbagai macam pelatihan untuk memastikan bahwa seluruh staf memahami nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh ADB. Lembaga ini juga dibantu oleh Office of Ombudsman yang menjadi tempat untuk bermediasi jika terjadi konflik antar karyawan.
ADB juga memiliki sebuah kebijakan bahwa mereka menjunjung tinggi inklusi dan keberagaman saat bekerja dengan berbagai mitra mereka. “Safeguards Policy Statement” atau SPS menjadi acuan untuk memastikan bahwa kerja-kerja yang dilakukan oleh ADB adalah kegiatan yang mempromosikan sustainability atau keberlanjutan. Kebijakan ini dijelaskan lebih mendalam oleh Naning Mardiniah selaku Safeguards Policy Specialist, yang menyebutkan bahwa kebijakan ini dibuat untuk memastikan kegiatan yang dilakukan oleh ADB bersama mitra tidak berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat. Saat ini ADB sedang melakukan konsultasi regional dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memperbarui SPS. Perlindungan terhadap kelompok minoritas termasuk kelompok LGBTQI sangat dipertimbangkan untuk dimasukan ke dalam SPS.
Merangkul semua untuk membangun Asia-Pasifik
Di bincang santai kali ini, SuaraKita juga menanyakan bagaimana pandangan kawan-kawan ADB tentang komunitas LGBTQI di Indonesia. Secara umum, mereka sudah memiliki pemahaman yang baik terhadap teman-teman LGBTQI, namun, mereka masih belum memahami tentang identitas teman-teman lain seperti Interseks dan Questioning dengan baik. Mereka tertarik untuk belajar tentang SOGIESC untuk lebih memahami keragaman gender dan seksualitas di Indonesia.
Beberapa dari mereka sudah lebih familiar dengan kelompok LGBTQI. Wahyu Stiawan sebagai Senior Operations Assistant di ADB mulai lebih memahami keberagaman kelompok LGBTQI saat mengikuti peringatan IDAHOBIT di kantor pusat ADB di Manila. Naning Mardiniah mengatakan ia cukup familiar dengan advokasi yang dilakukan oleh kawan-kawan LGBTQI di Indonesia. Naning juga menjadi salah satu dari pembeli produk-produk di Srikendes.
SuaraKita belajar banyak hal dari pertemuan ini. ADB menunjukan bahwa sebuah institusi dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan bebas dari diskriminasi. Sebuah institusi maupun lembaga dapat menerapkan aturan maupun kode etik yang menjunjung tinggi profesionalitas dalam bekerja. ADB menjadi contoh sebuah institusi yang dapat merangkul karyawan dengan berbagai macam latar belakang untuk mencapai visi-misi mereka.
SuaraKita terus melakukan advokasi dan mendorong setiap perusahaan dan institusi untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif yang menjamin seluruh karyawannya terbebas dari diskriminasi. (R.A.W- IGK)