Search
Close this search box.

Transpuan yang tergabung dalam Perwaron (Persatuan Waria Renon) Bali membagikan makanan gratis pada warga yang melintas di kawasan Jalan Raya Puputan Renon, Denpasar, Minggu 8 Agustus 2021. Sebanyak 120 makanan gratis dibagikan pada warga yang terdampak PPKM Darurat – Transpuan Perwaron Bagi-bagi Nasi di Denpasar, Sekaligus Kampanye Stop Stigma dan Diskriminasi – Tribun Bali / Rizal Fanany

SuaraKita.org –  Sekitar 15 orang transpuan yang tergabung dalam Persatuan Waria Renon atau Perwaron menggelar aksi sosial di perempatan Jalan Puputan Renon, Denpasar, Bali. Mereka melakukan aksi ini pada Minggu 8 Agustus 2021 sore. Ratusan nasi bungkus beserta paket sembako mereka bagikan kepada pengendara. Mereka menunjukkan semangat untuk saling bahu membahu di kala pandemi.

Selain berbagi, kegiatan ini juga sekaligus untuk mengikis diskriminasi dan stigma negatif terhadap transpuan.

Dalam aksi ini mereka membawa spanduk bertuliskan no stigma dan diskriminasi.

Wakil Ketua Perwaron, Melati mengatakan, kegiatan sosial ini digelar atas inisiatif mereka karena melihat banyak warga yang mengalami kesulitan di tengah pandemi.

Sementara, nasi yang dibagikan berasal dari donasi anggota Perwaron dan iuran anggota.

Beberapa paket nasi juga mereka dapatkan dari Dapur Umum Gotong Royong Kota Denpasar.

Bukan kali ini saja mereka melakukan aksi sosial ini. Beberapa waktu sebelumnya mereka juga melakukan kegiatan sosial serupa di beberapa tempat. “Kami menyasar mereka yang membutuhkan,” katanya.

Bahkan rencananya mereka akan rutin menggelar bagi-bagi nasi setiap minggunya.

Beberapa tempat nantinya akan mereka sasar. “Untuk minggu depan kami akan evaluasi dulu tempatnya. Kami sasar mereka yang membutuhkan,” kata Melati.

Mereka juga mengalami dampak dari pandemi ini. Akan tetapi mereka melihat masih banyak yang jauh lebih terdampak. Sehingga niat untuk membantu ini pun tumbuh. “Kita semua memang terdampak, tapi kami juga harus saling membantu,” katanya.

Sewaktu erupsi Gunung Agung tahun 2017 lalu, mereka juga melakukan kegiatan sama kepada warga yang terdampak.

Hingga saat ini Perwaron memiliki sebanyak 50 orang anggota. Namun karena berbagai kesibukan, tak semuanya aktif. Mereka juga bekerja di beberapa tempat seperti salon maupun membuka warung sendiri.

Lewat aksi ini, mereka juga ingin menghapus stigma negatif yang terjadi kepada mereka selama ini. Mereka terus melakukan kampanye untuk menghapus stigma negatif dan diskriminasi. “Selama ini kami banyak sekali mendapat perlakuan yang diskriminatif. Dari sini kami ingin mengikis stigma. Bahwa transpuan juga bisa berkarya dan berusaha, ada yang kerja di salon bahkan ada yang membuka usaha sendiri baik warung maupun make up,” katanya.

Dengan kegiatan ini pula, mereka berharap banyak warga yang memiliki rezeki lebih untuk saling membantu. “Semoga banyak masyarakat yang juga ikut membantu mereka yang membutuhkan. Selain itu, stigma negatif di masyarakat tentang kami bisa hilang,” katanya.

Sumber:

Tribun Bali