Peta Hak LGBT menurut wilayah/negara – Wikipedia
SuaraKita.org – Para profesional LGBT sangat ingin bekerja di luar negeri tetapi hukum dan budaya yang diskriminatif adalah alasan terbesar untuk menolak penugasan ke luar negeri.
69% profesional LGBT mengutip undang-undang diskriminatif terkait dengan LGBT sebagai alasan untuk menolak penugasan internasional potensial. Itu di depan masalah praktis lainnya seperti perawatan kesehatan dan asuransi.
Ini menurut laporan baru dari konsorsium perusahaan Open For Business yang mempromosikan inklusi LGBT di sebagian besar perusahaan multinasional.
Sementara penelitian menemukan bahwa staf LGBT yang setuju bekerja di luar negeri menginginkan ‘pengetahuan lokal’ tentang tantangan yang akan mereka hadapi.
Namun pengusaha gagal memberi mereka informasi tentang hukum dan budaya yang berkaitan dengan seksualitas atau identitas gender mereka dalam 90% kasus.
Kathryn Dovey, direktur eksekutif Open For Business, mengatakan:
Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan antagonisme terhadap orang-orang LGBT di beberapa bagian dunia, menderita diskriminasi di tangan politisi dan anggota parlemen.
‘Pandemi global hanya memperburuk situasi ini.
Semua ini menimbulkan tantangan nyata bagi para profesional LGBT yang bekerja dan bepergian ke luar negeri, yang seringkali merasa tidak bisa terbuka tentang seksualitas atau identitas gender mereka.
‘Laporan baru ini menambah basis bukti yang berkembang bahwa inklusi LGBT adalah proposisi win-win untuk bisnis, ekonomi dan masyarakat.’
‘Hambatan tambahan’
Selain itu, laporan ‘Working Globally: Why LGBT+ Inclusion is Key to Competitiveness’ menemukan bahwa para profesional LGBT sangat bersedia untuk bekerja di luar negeri, ketika tidak ditahan oleh hukum atau budaya yang penuh kebencian.
Lebih dari 70% responden bersedia melakukan perjalanan untuk tugas jangka pendek, tugas komuter atau perjalanan bisnis, dan lebih dari 50% bersedia bepergian untuk tugas jangka panjang.
Ini membuat staf LGBT sangat berharga bagi banyak pengusaha yang kesulitan mencari pekerja untuk bekerja di luar negeri.
Justin D’Agostino, kepala eksekutif firma hukum Herbert Smith Freehills, mengatakan:
‘Sebagai seorang CEO gay yang tinggal di Hong Kong, saya terlalu akrab dengan hambatan tambahan yang dihadapi LGBT saat bekerja secara internasional.
‘Mobilitas dapat menarik dan menakutkan dalam ukuran yang sama dan pemberi kerja harus memastikan karyawan LGBT dapat hidup, bekerja dan bepergian dengan perasaan didukung dan dengan rasa memiliki yang sama, dimanapun mereka berada.
“ Saat bisnis, kota, dan negara merencanakan pemulihan mereka dari pandemi, sangatlah penting untuk bekerja menghilangkan hambatan dan mempromosikan inklusi. ‘ (R.A.W)
Laporan lengkap dapat diunduh pada tautan berikut:
[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2021/01/working-globally.pdf”]
Sumber: