Search
Close this search box.

Kekuatan Fundraising Kekuatan Politik

Oleh: Hartoyo

SuaraKita.org – Pagi-pagi kak Anna Marsiana, kawanku seorang aktivis perempuan dan HAM menghubungi untuk menanyakan nomor rekening fundraising Suara Kita. Sempat bingung, untuk keperluan apa, pikirku. 

Rupanya aku baru ingat kalau kak Anna belum membayar pembelian dompet preloved kepada kami. 

Segera aku kirimkan rekening lembaga pada kak Anna. Tidak berapa lama,  kak Anna transfer uang ke salah satu rekening sebesar 500 Ribu Rupiah. 

Aku tanya,  “Kok banyak sekali kak bayarnya?  Tagihannya hanya 150 Ribu Rupiah kak.”  Kak Anna langsung menjawab,  “sisanya untuk donasi membantu kasus, bebas kasus mana saja,  soalnya banyak kasus yang kamu tangani.”  Tegas kak Anna.  Segera kujawab terima kasih.

Apa yang dilakukan kak Anna memang bukan yang pertama.  Sejak Suara Kita melakukan fundraising di tahun 2015, para pelanggan Srikendes sering juga melebihi uang transfer untuk didonasikan bagi penanganan kasus.  

Bahkan sebagian pelanggan mentransfer uang tanpa membeli barang apapun.  

Maka, kami bisa mengkategorikan para donatur fundraising terdiri: para pembeli produk,  para penyumbang produk preloved,  donatur uang tanpa membeli produk atau tanpa menyumbang produk. 

Satu lagi donatur yang tidak melakukan itu semua,  tetapi selalu membagi dan mensosialisasikan upaya yang kami lakukan.  Jadi seperti team marketing atau promosi gratis dari kawan ke kawan.  

Maka, gerakan fundraising tidak bisa dilihat hanya soal uang saja,  tetapi juga modal sosial lainnya. Misalnya jaringan yang bergerak secara sistematis dengan kesadaran masing-masing donatur tanpa merasa terpaksa.  

Hasil itu yang tidak bisa dinilai dengan apapun. Karena ada nilai kuat yang mendasari seorang donatur melakukannya. 

Dari hasil itu semua, kami mulai menemukan pola dan cara efektif bagaimana menghubungkan korban dengan para donatur. Tentunya dengan cara yang tidak konvensional. Cara gembira ria… 

Karena dukungan para donatur itulah,  secara moral dan bertanggungjawab kami sebagai organisasi memutuskan untuk serius membantu korban kekerasan seksual,  khususnya karena identitas seksual dan gendernya.  Walau pasti ada keterbatasan kami.   

Cuplikan kegiatan SriLoved (dok. Hartoyo)

Sekarang ini,  antara bulan Oktober – Desember 2020 Suara Kita mendampingi kasus secara “sangat intensif” antara 11 orang ditambah kasus anak kekerasan seksual.  Sehingga semuanya membutuhkan sumberdaya yang sangat besar sekali.  

Pendampingan intensif artinya pendampingan yang bukan hanya curhat atau minta pendapat saja.  Tapi ada aksi pendampingan bertahap untuk setiap korban 

Kebutuhannya korban mulai pendampingan hukum, psikologi, rumah aman, layanan kesehatan, sampai kebutuhan makan sehari-hari. Pasti sangat rumit sekali.  

Memang terasa agak kurang “rasional” kalau pendampingan intensif dilakukan tanpa dukungan publik.  

Harus kami sampaikan, bahwa pendampingan kasus yang SuaraKita lakukan nyaris bersumberdaya dari publik melalui fundraising yang kami lakukan. Walau kemudian untuk beberapa kasus berat ada dukungan lembaga donor.  

Sayangnya kekuatan publik ini, masih belum cukup digarap secara serius dalam konteks gerakan sosial.  Mungkin yang terlihat baru pada isu-isu agama.  

Menurutku masih belum banyak lembaga sosial bidang advokasi membahas secara serius dan menjalankannya sebagai satu elemen penting membangun kekuatan rakyat.  

Kalaupun ada umumnya masih digerakkan atas kepentingan donor dan polanya sangat konvensional. Maka inilah salah satu tantangan besar gerakan sosial di Indonesia, menurutku  

Memang kesannya “sepele”, hanya masalah mengumpulkan uang.  Padahal ini bukan hanya soal jumlah uang. Tapi ini sesuatu yang sangat nyata bagaimana membangun kekuatan politik rakyat melalui penggalangan dana.