Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Orang-orang LGBT di Hong Kong dapat mencatat dan melaporkan  diskriminasi melalui aplikasi seluler baru yang didukung oleh salah satu pewaris properti paling terkemuka di kota itu, aplikasi seluler tersebut adalah yang pertama untuk hak-hak LGBT di kota yang diperintah oleh China.

Lembaga nirlaba  di balik aplikasi yang bernama  “VoiceOut!” mengatakan itu adalah platform bagi semua warga untuk melaporkan segala bentuk diskriminasi: baik karena ras, kecacatan, jenis kelamin atau orientasi seksual.

Dikatakan bahwa aplikasi itu sangat penting bagi warga LGBT karena mereka tidak memiliki saluran lain selain dari pengadilan.

 “Saat ini tidak ada undang-undang untuk menangani diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dan identitas gender, tidak ada perlindungan,” kata Tino Chan, manajer program LGBT di Faith in Love Foundation, lembaga nirlaba di balik aplikasi tersebut.

Lembaga nirlaba itu didirikan oleh Gigi Chao, salah satu pendukung hak LGBT paling vokal di Asia yang coming out setelah ayahnya, seorang taipan properti, menawarkan hadiah 65 juta dolar kepada siapa pun yang bisa “memperbaiki” orientasi seksual putrinya.

TEKANAN KELUARGA

Aplikasi tersebut yang diluncurkan minggu ini membantu menghubungkan pengadu ke pengacara atau pekerja sosial yang dapat memberi nasihat tentang kasus mereka.   

Pengawas kesetaraan kota tidak menangani masalah LGBT karena berada di luar mandatnya, kata Tino Chan, yang berharap aplikasi tersebut akan membantu mendorong undang-undang untuk melarang prasangka semacam itu.

“Setiap orang harus dihormati dan dipahami,” kata Tino Chan.

Para aktivis LGBT telah lama mendorong undang-undang anti diskriminasi di wilayah bekas jajahan Inggris itu; homoseksualitas didekriminalisasi pada tahun 1991 tetapi pernikahan sesama jenis adalah ilegal.

Penerimaan hak LGBT telah meningkat namun kelompok-kelompok advokasi mengatakan kaum gay dan transgender masih menghadapi diskriminasi dan seringkali berada di bawah tekanan keluarga untuk menikah dan memiliki anak.

Serangkaian kasus pengadilan di Hong Kong dalam beberapa tahun terakhir telah menghasilkan beberapa keuntungan LGBT – baik itu visa atau tunjangan pasangan – tetapi dengan sejumlah biaya.

“Pengadilan sangat mahal dan membutuhkan banyak waktu,” kata Tommy Chen, pendiri Rainbow Action, kelompok hak asasi LGBT, yang tidak terlibat dalam aplikasi seluler.

Dia mengatakan undang-undang anti diskriminasi sudah lama tertunda dan akan mengirimkan pesan yang kuat bahwa prasangka tidak dapat diterima.

Sebuah survei terhadap 1.058 orang oleh Chinese University of Hong Kong tahun ini menunjukkan 60% responden mendukung perlindungan LGBT dan hak-hak mereka. (R.A.W)

Sumber:

reuters