Oleh: Elviza Diana
SuaraKita.org – “Sebutkan 3 bentuk kekerasan seksual pada perempuan dari 15 jenis yang ditetapkan Komnas Perempuan?” suara Hartoyo terdengar jelas di smartphone saya pada livenya tiga puluh satu.
Sudah kali ke -7 saya menyatroni lini masa preloved solidaritas di Facebook Hartoyo. Setiap minggu, beragam cara dilakukan Hartoyo agar preloved berlangsung penuh makna. Jujur saya bisa saja dikatakan terjebak karena tas-tas yang dijual berkualitas dan mungkin juga terpanah dengan gaya Hartoyo menjajakannya. Sulit membedakan.
Setiap preloved solidaritas live, saya tertarik saja untuk mengikutinya meski terkadang disambi dengan ketikan tulisan. Bagi saya menarik, melihat bagaimana banyak perempuan sesekali ada juga lelaki berinteraksi, mendengar lelucon khas Hartoyo yang tanpa basa-basi. Preloved solidaritas ini berlangsung mempertemukan banyak orang baik yang tak pernah saling kenal membangun solidaritas bersama membantu demi keadilan, keberagaman dan ketertindasan.
Gerakan Preloved solidaritas ini dilakukan sejak April oleh Srikendes. Srikendes sendiri sebagai lembaga swadaya masyarakat tergolong unik dalam penggalangan dana pada kegiatan yang mereka lakukan.Srikendes menggunakan moda bisnis mandiri berbasis komunitas yang memproduksi fesyen nusantara untuk membangun solidaritas sosial bagi perjuangan keadilan gender.
Mengutip Barid Hardiyanto pada opininya di Koran TEMPO, 17 Januari 2020 tentang Disrupsi LSM. Riset yang dilakukan oleh Edelman Trust Barometer menyebutkan bahwa telah terjadi penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap LSM, di tahun 2014 tingkat kepercayaannya 73% tetapi setahun setelahnya turun menjadi 64%, berikutnya turun lagi menjadi 57% di tahun 2016 dan meskipun sempat naik di tahun 2017 namun tingkat kepercayaannya masih lebih rendah ketimbang sektor bisnis, media dan pemerintahan. Kondisi ini semakin diperparah dengan berbagai data yang menyebutkan bahwa sebagian besar pendanaan LSM berasal dari dana luar negeri. Suatu hal yang kontradiktif dengan sifat “swadayanya” LSM.
Barid mengemukakan pentingnya LSM meningkatkan kreativitas agar tak tergilas dalam disrupsi teknologi. Melakukan banyak pekerjaan rumah dalam pembenahan kerja-kerja pengorganisasian harus segera dilakukan.
Hartoyo tak pernah membayangkan jika menggalang dana melalui live”berdagang” di media sosial, membuat pesan solidaritas lebih menyentuh dan sampai pada setiap pelanggan baru yang berdatangan.
Hartoyo bercerita, banyak orang dari lintas agama, profesi dan latar belakang gender antusias dengan aksi galang dana yang dia lakukan. Hartoyo bersama Srikendes memang sudah lama menggalang dana dengan pendekatan bisnis komunitas melalui beragam kain nusantara.Pandemik membuatnya memutar otak agar kegiatan yang mereka lakukan bisa terus berlangsung tanpa menggelar dagangan berjualan dari satu tempat secara offline menjadi online. Hartoyo pun melihat dan mengikuti berbagai live dagang yang dilakukan melalui kanal facebook.
Hartoyo melihat peluang ini besar tidak hanya persoalan menggalang dana. Hartoyo melihat konsep solidaritas sosial sebagai budaya gotong royong. Gotong royong sudah melekat dalam karakteristik bangsa Indonesia. Praktik gotong royong telah ada sejak lama di berbagai daerah di Indonesia. Misalnya di pedesaan Jawa yang masih melakukan praktik tradisi gotong royong dalam pembangunan rumah, perkawinan dan kematian. Di Toraja, Sulawesi Selatan, mempraktikkan arisan tenaga, yaitu kegiatan semacam kerja bakti bergilir untuk menggarap sawah atau ladang milik warga lain. Suku Dayak melakukan hal yang sama yang disebut sa’aleant.
Gotong royong ini dipadukannya dengan kecanggihan teknologi dan pilihannya jatuh pada live facebook untuk berdonasi melalui membeli. Kenapa pilihannya pada preloved? Karena lebih dekat dan menjangkau lebih banyak orang. Preloved disebut Hartoyo sebagai poros pertemuan berbagai kalangan tanpa jeda.
Preloved juga membuka keran secara meluas untuk menggalang kepedulian lebih banyak lagi. Semua orang boleh menyumbangkan barang bekasnya, dan setiap barang akan menemukan jodohnya pada pembeli yang sekaligus berdonasi untuk gerakan perjuangan keadilan gender.
Hartoyo tidak memperdagangkan rasa kepedulian. Dia mencoba membangun rasa peduli dalam setiap live yang dia lakukan. Hartoyo mencoba mengenali setiap orang yang berdonasi baik memberikan barang maupun membeli. Dia memperkenalkan satu dan lainnya. Preloved Solidaritas bukan hanya sekedar berjualan barang bekas. Ada banyak cerita, banyak kisah, banyak kebaikan yang dikemas Hartoyo dalam sebuah live.
Kegiatan preloved solidaritas ternyata bukan sekedar isapan jempol belaka. Meski terlihat remeh, Hartoyo dan Srikendes mampu menggalang total dana hingga 50 jutaan per Juni lalu. Ada sembako bagi 754 orang yang tergabung dalam komunitas LGBT dan ODHA di Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi, Bogor,Bandung dan Lampung. Sebanyak 7500 paket nasi untuk dapur umum Rusun Bidara Cina Jakarta Utara, sebanyak lebih dari 250 paket sembako untuk warga sekitar terdampak covid yang menerima bantuan.
Hartoyo membuktikan langkah kecilnya sebagai contoh perlunya transformasi wirausaha sosial dalam penggalangan dana untuk melakukan kegiatan sosial. Penggiat kerja sosial juga dituntut untuk menjadi agen perubahan dengan gagasan-gagasan baru dengan perkembangan teknologi yang ada.
Belakangan saya melihat preloved solidaritas live Hartoyo juga meluas untuk menggalang dana beasiswa bagi mahasiswa serta bersama Komnas Perempuan menggalang dana bagi perempuan dan anak korban kekerasan di Indonesia. Panjang umur perjuangan…