Oleh: Hartoyo
SuaraKita.org – Refleksi mulai menggalang dana publik melalui penjualan produk “Prelove”, beberapa pembelajaran yang aku dapat selama dua kali siaran;
Pertama, Kegiatan penjualan produk prelove makin banyak mendapat dukungan solidaritas dari banyak pihak. Bahkan mungkin dari pihak luar LSM.
Mungkin karena barang harga murah tapi kualitas baik. Misalnya kami bisa menjual tas kerja kulit asli hanya harga Rp 150 Ribu tanpa ada cacat produk. Jadi soal produk dan harga bisa bersaing dengan produk lain.
Kedua, Fundraising ini bisa jadi alternatif pekerjaan atau pendapatan buat komunitas yang membutuhkannya. Walau hanya sedikit kami membutuhkan pekerja. Tapi minimal setiap siaran live kita bisa kasih upah pada dua orang komunitas yang selama ini tidak ada pekerjaan.
Minimal satu orang mendapatkan Rp 50 Ribu dengan 2 atau 3 jam siaran. Bahkan sampai Rp 150 Ribu per sekali live, tergantung omset. Jelas ini membantu sekali buat komunitas yang tidak ada pendapatan sama sekali.
Ketiga, Fundraising prelove ini, ada pemasukan dana gerakan jauh lebih pasti dan lebih rutin kedepannya. Misalnya kami setiap siaran bisa mendapatkan keuntungan bersih antara Rp 300 Ribu sampai Rp 700 Ribuan per sekali live.
Dana itu mungkin kecil dibandingkan dana donor, tapi dana ini akan bisa kami gunakan untuk menangani kasus komunitas menjadi lebih fleksibel dan yang penting lebih kontinyu tanpa kerepotan sendiri dengan aturan ini itu yang biasa dilakukan oleh donor atas nama pertanggungjawaban.
Keempat, Aku tidak tahu, mengapa kebanyakan pembeli, mayoritas melebihi pembayaran. Kalau misalnya beli barang seharga Rp 130 Ribu biasanya akan dibayar Rp 150 Ribu. Umumnya pembeli akan melebihkan pembayaran. Mungkin karena ini kegiatan sosial.
Kesannya memang hanya sumbangan kecil, hanya Rp 5.000 atau cuma Rp 50 Ribu penambahannya, tapi kalau terus dikumpulkan dan makin banyak orang beli dan menyumbang maka akan semakin besar.
Pengalaman dua kali live, setiap live kita mendapatkan tambahan sumbangan antara Rp 200 Ribu sampai 300 Ribuan dari pembayaran yang dilebihkan oleh pembeli.
Kita mungkin ingat, bagaimana Indomaret atau The Body Shop juga kumpulkan uang pengembalian yang jumlahnya kecil hanya Rp 100 sampai Rp 2.000. Tapi ketika diakumulasi dalam beberapa bulan akhirnya bisa ratusan juta sumbangan didapat.
Kelima, Fundraising ini bisa mengundang banyak orang untuk ikut nyumbang barang prelovenya. Jadi gak harus beli barang sana. Tapi bisa juga nyumbang produknya untuk bisa kami jual kembali. Ini jelas bentuk lain membangun rasa solidaritas bagi kemanusiaan.
Keenam, Fundraising ini pelan-pelan bisa mensosialisasikan sebuah isu pada publik. Minimal bisa memecah kebisuan dan prasangka kebencian pada perbedaan.
Hal itu bisa dilakukan melalui kuis-kuis atau obrolan dengan sang penjual saat live. Dan ini menurutku cara baru mengenalkan isu pada publik soal kemanusiaan secara santai.
Terakhir yang paling penting soal martabat, harga diri sebuah perjuangan. Bahwa perjuangan keadilan kemanusiaan dalam dunia LSM tak selalu harus didukung semuanya oleh donor asing. Aku tidak anti donor asing, tapi kita harus terus berusaha mengupayakan sendiri sumber dana lain khususnya dari dalam negeri.
Upaya ini bukan hanya untuk mendapatkan sumber dana baru, tapi juga mampu mendidik mental menjadi lebih militan. Dan aku pikir ini mimpi kita semua, termasuk jug donor. Apa yang disebut dengan kemandirian lembaga.
Disitulah proses belajarnya yang sangat penting menurutku. Karena ini bukan semata-mata soal uang, tapi ini soal mental dan solidaritas komunal.
Hartoyo adalah Direktur Perkumpulan Suara Kita