Search
Close this search box.

Stigma pada LGBT

SuaraKita.org – Setiap ada kasus kejahatan yang dilakukan oleh individu LGBT maka akan menjadi umpan “empuk” kelompok radikal/intoleran di negeri ini. 

Kelompok ini akan keluar dengan beragam hujatan dan analisis ngawur untuk semakin memojokkan kelompok LGBT di segala media, terutama medsos. 

Mulai dari yang paling irasional (dosa surga) sampai yang seolah-olah rasional (pakai justifikasi pendidikan yang dimiliki). Mereka akan pakai untuk menebarkan kebohongan an LGBT. Tujuannya agar publik panik dengan hoax yang mereka sebarkan. 

Mereka bergerak secara masif untuk mempengaruhi publik dan juga kebijakan pemerintah mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai pemerintah pusat. Maka tidak heran, ketika kelompok intoleran terus berusaha mengkriminalkan LGBT di Judicial Review KUHP dan di RUU KUHP serta melahirkan peraturan daerah kriminalisasi LGBT.  

Tapi, untungnya pejabat publik yang sedang berkuasa sekarang mulai dapat membaca pola gerakan kelompok intoleran/radikal yang selalu memakai isu-isu marginal untuk syahwat politiknya. 

Minimal pemerintahan Jokowi dan partai pendukung seperti PDIP sepertinya cukup jelas membaca polanya. Walau pasti dengan ketidaksempurnaan di sana sini dari upaya penguasa melawan gerakan intoleran/radikal.

Isu apa saja yang biasa dipakai oleh kelompok intoleran/radikal? Isu LGBT, isu 65 atau isu PKI, isu feminis/gender, isu anti Neolib, dan isu-isu pluralisme (kebebasan beragama). 

Isu-isu itulah yang selalu dipakai mereka untuk mencari dukungan publik. Diantara isu-isu itu, isu LGBT yang mudah mereka pakai untuk mendapat perhatian publik. Karena ini sangat sensitif sekali, sehingga potensi dapat dukungan publik akan besar. intoleran/radikal sangat paham itu.

Minimal kelompok intoleran/radikal cukup yakin bahwa isu LGBT akan cukup efektif memecah pikiran kelompok nasionalis. Bahkan yang sangat progresif pun akan lebih memilih diam ketika isu LGBT dipakai oleh intoleran/radikal mempengaruhi publik. 

Awalnya aku juga sempat “kesulitan” ketika kelompok intoleran/radikal memakai isu LGBT. Karena kawan kita yang selama ini berjuang untuk isu kebebasan beragama, isu gender, isu 65, tiba-tiba bisa menjadi lawan perjuangan ketika dihadapkan pada isu LGBT. Minimal biasanya terdiam atau bungkam saat isu LGBT di goreng oleh kelompok intoleran/radikal.  

Karena pola dan pelakunya yang terus agresif menyebarkan kebencian pada LGBT, kelompok dan individunya itu-itu saja. Kelompok yang sama dengan kelompok yang selama ini anti keberagaman, anti keadilan gender, anti asing, benci korban 65, dan pro Khilafah, anti Pancasila dan Kebhinekaan. Maka aku mulai bisa memetakan atau melokalisir kelompok intoleran/radikal tersebut untuk bisa menjadi “musuh” bersama bangsa ini. 

Apa yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk ‘memberantas’ kelompok intoleran/radikal ini harus menjadi kesadaran bersama bahwa kelompok itu adalah musuh kita bersama. Musuh bangsa ini menuju bangsa yang beradab. Maka harus membantu dan menguatkan pemerintah untuk berani dan jangan galau memberantas ketika kelompok intoleran/radikal memakai isu LGBT untuk syahwatnya. 

Pemahaman dan kesadaran ini penting publik ketahui, agar tidak terkecoh dengan pola permainan politik kelompok intoleran/radikal menggunakan isu-isu LGBT untuk.mencari dukungan. Sehingga kita semua yang mencintai bangsa ini untuk tetap waras di tengah permainan isu kelompok intoleran/radikal tersebut. 

Mau Anda etnis apapun, jenis kelamin apapun,agama apapun, kalau Anda yakin pada keberagaman bangsa ini. Jangan pernah goyah dan terkecoh terhadap kelompok intoleran/radikal memecah belah pikiran kita dengan isu LGBT. 

Melawan dengan keras kelompok intoleran/radikal, harus menjadi komitmen bersama setiap dari kita untuk tetap bangsa ini menjadi bangsa yang beragam. 

Jangan berikan ruang sedikit pun bagi kelompok intoleran/radikal yang mau menjadikan Indonesia menjadi Khilafah atau memformalisasikan syariat Islam versi intoleran/radikal. Sebelum semuanya terlambat. 

Kalau Gus Dur mewariskan keberanian untuk terus melawan ideologi intoleran intoleran/radikal, maka kita harus meneruskan, menjaganya. Untuk terus melawan segala bentuk sikap dan ideologi yang mau menghancurkan bangsa ini atas nama apapun. 

Sejengkalpun jangan pernah takut dan goyah atau galau untuk melawan semua gerakan intoleran/radikal dengan kemasan isu apapun dari mereka, termasuk isu LGBT. 

Catatan: cara mendeteksi para individu golongan intoleran/radikal, cek saja media sosialnya yang biasanya sangat menebarkan kebencian pada kelompok lain mengatasnamakan agama. 

Salam

Hartoyo

(Penikmat ide-ide Gus Dur soal kebangsaan dan pluralisme).