SuaraKita.org – Di masa remajanya, Tu Anh tidak bisa mengabaikan kebenaran lagi. Dia adalah seorang gadis yang terjebak dalam tubuh anak lelaki.
Dia suka memakai pakaian perempuan dan merias wajah. Dia juga tertarik pada anak lelaki. Masa SMA menjadi siksaan, karena dia tidak punya teman dekat, tidak ada orang yang bisa dia percayai.
Dia mulai mengenakan gaun dan merias wajah secara rahasia.
Akhirnya, ia memutuskan untuk mengambil risiko dan melakukan operasi ganti kelamin.
Sekarang dia berusia 27 tahun, dia mengenang, “Ibu saya terkejut ketika dia menemukan beberapa pakaian dan make-up di lemari saya. Dia menangis. Butuh waktu lama untuk menerima diri saya yang sebenarnya.”
Tu Anh adalah satu dari sekitar 300.000 orang transgender di Vietnam yang berjuang untuk diterima oleh keluarga mereka sendiri dan mengatasi prasangka sosial, diskriminasi dan pelecehan.
Sebuah penelitian baru-baru ini di Hanoi oleh The Asia and Pacific Transgender Network menemukan bahwa orang-orang transgender biasanya mendapatkan perasaan yang kuat tentang identitas sejati mereka antara usia 12 dan 14. Usia rata-rata saat mereka coming out adalah 17 tahun.
Penelitian ini juga menemukan bahwa selama proses identifikasi gender, banyak yang menderita stres, insomnia, dan gangguan kecemasan. Tidak sedikit yang berpikir untuk bunuh diri dan beberapa benar-benar mencobanya, biasanya sekitar tiga tahun setelah menyadari identitas gender mereka.
Di Vietnam, tidak ada peraturan yang mengatur terapi hormon dan operasi penggantian kelamin. Karena itu, orang Trans sulit mengakses layanan medis resmi, dan banyak yang akhirnya menggunakan hormon sendiri, menempatkan diri mereka dalam risiko besar.
Penelitian telah menemukan sekitar 73 persen dari mereka membeli hormon dari teman dan sumber non-medis, .
Banyak orang transgender di negara ini menglami perundungan di sekolah dan juga mengalami pelecehan seksual. Pengucilan yang mereka derita juga membuat mereka jauh lebih sulit bagi mereka untuk mencari pekerjaan daripada orang-orang cisgender.
Tu Anh telah gagal mendapatkan pekerjaan meskipun dia banyak melamar. Dia mengatakan sebagian besar perekrut menolak lamarannya segera setelah mereka melihat penampilan dan riwayat hidupnya.
Sudah empat tahun sejak pemerintah mengubah KUHPerdata untuk mengakui jenis kelamin orang yang menjalani operasi penggantian kelamin, tetapi orang transgender belum diakui secara resmi. Undang-undang tentang hak transgender masih menunggu.
Nguyen Huy Quang, yang mengepalai departemen urusan hukum di Kementerian Kesehatan, mengakui bahwa orang trans menghadapi tantangan ketika jenis kelamin mereka saat ini berbeda dari yang ada pada kartu identitas mereka. Tujuh puluh satu persen dari waria mengatakan itu adalah perjuangan untuk mendaftar dan gender baru mereka diakui.
Nguyen Kim Mai (24) seorang trans perempuan yang tinggal di utara Provinsi Hoa Binh, mengatakan dia menghadapi banyak kesulitan dalam mendapatkan surat-surat identitasnya.
“Saya meminta pihak berwenang setempat untuk mengubah nama dan jenis kelamin saya. Mereka mengatakan kepada saya untuk bersabar sampai pemerintah menyetujuinya. Saya belum berhasil mengubah informasi pribadi saya sejauh ini.”
Nguyen Huy Quang mengatakan RUU tentang hak-hak transgender akan segera dibahas oleh parlemen. “Undang-undang ini bertujuan untuk menangani semua masalah hukum dan administrasi yang dihadapi komunitas transgender.”
Pengakuan hukum atas identitas dan hak mereka adalah sesuatu yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh orang-orang seperti Tu Anh dan Nguyen Kim Mai.
“Hanya ketika ada peraturan yang transparan kita dapat mengakses layanan medis dan merasa cukup aman untuk menjalani operasi penggantian kelamin,” kata Tu Anh. (R.A.W)
Sumber: