Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Atlet trans perempuan harus menurunkan kadar testosteron mereka, demikian aturan baru yang dikeluarkan oleh badan pengelola atletik internasional (International Association of Athletics Federations/IAAF).

Atlet transgender perempuan yang akan berlaga sekarang harus menjaga kadar testosteron alami mereka di bawah lima nanomol per liter darah untuk bersaing dalam kategori perempuan.

Batas IAAF sebelumnya untuk testosteron alami adalah 10 nanomol.

Peraturan baru ini sama dengan yang berlaku untuk atlet dengan perbedaan perkembangan seksual (Differences of Sexual Development/DSD), termasuk Caster Semenya.

Caster Semenya menantang aturan baru IAAF bahwa ia dan atlet lain dengan DSD harus minum obat pereduksi testosteron agar dapat berkompetisi dalam lintasan lari dari 400 meter atau mengubah ke jarak yang lain.

Aturan baru pada tingkat testosteron alami diumumkan pada hari Senin (14/10) setelah pertemuan Dewan IAAF di Doha.

Di bawah peraturan baru, atlet perempuan transgender tidak lagi diharuskan diakui oleh hukum dalam gender barunya tetapi harus memberikan deklarasi yang ditandatangani bahwa identitas gendernya adalah perempuan.

Dia harus menunjukkan bahwa kadar testosteron dalam serumnya kurang dari lima nanomol terus menerus selama setidaknya 12 bulan sebelum dinyatakan memenuhi syarat, dan harus tetap di bawah tingkat itu untuk mempertahankan kelayakan untuk kompetisi dalam kategori perempuan.

Analisis

Sementara dapat dikatakan bahwa sebagian besar orang mendukung praktik lama yang memisahkan kategori lelaki dan perempuan dalam acara-acara olahraga, mendefinisikan siapa sebenarnya yang termasuk dalam kedua kategori tersebut sekarang menciptakan perdebatan besar yang berkelanjutan.

Banyak bidang masyarakat sekarang melihat gender sebagai sesuatu yang lebih luas daripada binari tradisional ‘dilahirkan sebagai lelaki’ dan ‘dilahirkan sebagai perempuan’, namun badan-badan resmi di berbagai sektor berjuang untuk menyesuaikan – ketika mereka mau.

Dari pemeriksaan fisik hingga pengujian genetik, putusan ini adalah yang terbaru dalam upaya mengatur tubuh individu transgender. Beberapa atlet cisgender perempuan (terlahir perempuan) mengatakan bahwa aturan ini dibuat untuk alasan yang bagus. Banyak yang terus-menerus menunjukkan keprihatinan mereka seputar keuntungan fisik yang tidak adil pada atlet transgender yang berkompetisi dalam olahraga mereka, seperti Martina Navratilova dan Sharron Davies,  

Namun, para aktivis LGBT memperingatkan bahwa metode baru ini oleh IAAF adalah “kampanye yang menjual ketakutan”. Dengan jumlah penduduk trans yang kurang dari 1% dari populasi, mereka menunjukkan bahwa bahkan tidak ada cukup banyak atlet transgender yang akan berkompetisi di tingkat IAAF untuk menjamin level debat ini.

Berapa banyak atlet transgender tingkat elit yang bisa Anda sebutkan? (R.A.W)

Regulasi Kelayakan untuk Atlet Transgender dapat diunduh pada tautan berikut:

[gview file=”http://suarakita.org/wp-content/uploads/2019/10/Eligibility-Regulations-for-Transgender-Athletes.pdf”]

Sumber:

BBC

IAAF