SuaraKita.org – Di sebuah teater tua di antara balok-balok menara yang menjulang tinggi di kota Chengdu, barat daya Cin , sebuah paduan suara yang terdiri dari penyanyi-penyanyi transgender berada di atas panggung menyanyikan lirik yang memberdayakan, lagu Jolin Tsai “Me”.
“Bayangan saya di cermin adalah wajah orang asing, yang mana saya yang sebenarnya, yang mana yang palsu?” kelompok ini bernyanyi bersama.
Anggota Trans Chorus bukan penyanyi profesional dan berasal dari seluruh Cina – tetapi mereka berbagi cerita yang sama tentang perjuangan mereka dengan identitas di negara di mana menjadi trans masih digolongkan sebagai “penyakit mental”.
Ketika musik berangsur-angsur hilang, Fang Yuran (31), mengenakan ikat kepala ungu, jaket perak dan atasan pink, membungkuk, tersenyum, dan mulai menyampaikan pengalaman pribadi tumbuh dewasa sebagai trans di kota Hefei, provinsi Anhui timur yang membuat tak sedikit penonton yang berurai air mata.
“Dalam dua tahun terakhir, Hefei telah berkembang dengan sangat baik, tetapi sikap dan pola pikir orang masih perlu mengejar ketinggalan zaman,” kata Fang Yuran.
Fang Yuran, yang terlahir sebagai perempuan tetapi sekarang memilih untuk menggunakan kata ganti spesifik non-gender “ze”, dibesarkan dengan mengenakan gaun dan memakai make-up.
Setelah meninggalkan sekolah menengah ke universitas, dia mulai mengidentifikasi diri sebagai lesbian dan, menganggapnya sebagai penyakit, bahkan mencari terapi konversi.
Tetapi pada 2015, Fang Yuran mulai mengidentifikasi diri sebagai trans dan mulai mengonsumsi tablet testosteron setiap hari, yang dia dapatkan dengan membeli dari internet sekitar 200 yuan.
Sulit bagi banyak orang transgender di Cina untuk mengakses terapi obat hormon dan banyak membeli obat melalui pasar gelap.
“Mungkin saya tidak cukup memikirkan perasaan saya sendiri, jadi saya akan bertanya pada diri sendiri: ‘Siapa saya sebenarnya? Siapa yang harus saya dengarkan?’,” Kata Fang Yuran.
“Sekitar waktu yang sama, seorang teman berkata kepada saya bahwa saya harus menemukan diri saya, dan mendengarkan siapa saya. Jadi, perlahan-lahan saya mulai menemukan diri saya sekarang,” jelasnya.
– Depresi –
Para advokat mengatakan sikap sosial di Cina, di mana tidak ada jumlah resmi transgender di negara yang mendekriminalkan homoseksualitas pada tahun 1997.
Tetapi banyak orang trans masih menghadapi diskriminasi dan stigma yang mengakar. Sementara homoseksualitas telah dihapus dari daftar gangguan mental Cina pada tahun 2001, transgender masih belum dihapus.
Sebuah survei tahun 2017 oleh Pusat LGBT Beijing menemukan bahwa 61 persen responden menderita beberapa tingkat depresi sementara 46 persen menganggap bunuh diri sebagai akibat transgender.
Hubungan Fang Yuran dengan keluarga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diperbaiki dan bahkan sampai sekarang ada saat-saat yang canggung.
“Ketika saya memotong rambut saya, dan ibu saya melihat saya melalui obrolan video, dia memarahi saya,” kenangnya.
“Tapi selama percakapan itu, ketika saya berbicara tentang pasangan saya, ibu hanya akan mengerutkan alisnya, itu bukan reaksi besar. Sikap mereka saat ini tidak masalah siapa, selama kamu bersama seseorang.
“Aku pikir cara berpikir mereka sudah tertanam dalam diri mereka.”
– Tetap tersembunyi –
Paduan suara ini bernyanyi dalam acara the Milk LGBT Gala di Chengdu, sebuah kota yang dikenal lebih terbuka tentang masalah LGBT daripada tempat-tempat lain di Cina, di mana sikapnya masih sangat konservatif.
Nama ini terinspirasi oleh politisi Amerika gay pertama yang coming out Harvey Milk, dan kelompok itu berharap untuk membuat langkah di komunitas LGBT Cina.
Selain paduan suara, festival the Milk LGBT Gala menampilkan lakon tentang transgenderisme dan pertunjukan oleh para lelaki yang menari berbalut gaun, membantu meningkatkan profil gaya hidup trans.
“Kami berharap bahwa kami dapat menyajikan banyak aspek berbeda dari masyarakat LGBT, karena sebagian besar waktu kami masih membahas lelaki gay, atau orang tua dari anak-anak gay,” kata Matius, direktur eksekutif kelompok advokasi LGBT Milk.
“Saya berharap kita bisa menunjukkan bahwa ada lebih dari itu.”
Dikelilingi oleh komunitas LGBT di ibukota gay Cina, festival ini jauh dari kehidupan sehari-hari Fang Yuran.
Di Hefei, ada beberapa kelompok LGBT tetapi topiknya jarang muncul.
Tetapi Fang Yuran yang belum coming out di tempatnya bekerja telah membantu mengisi kekosongan dengan ikut serta dalam menjalankan malam film bertema LGBT, di mana anggota komunitas LGBT dapat berkumpul di tempat yang aman.
Dia berharap bahwa ketika masyarakat menjadi lebih menerima pada waktunya, lebih banyak orang Cina akan merasa mampu merangkul siapa diri mereka.
“Karena bagaimanapun juga, transgender adalah minoritas dalam kelompok minoritas, orang-orang di sekitar tidak benar-benar tahu tentang kita,” kata Fang Yuran.
“Ada juga banyak transgender, termasuk saya, yang tetap bersembunyi.” (R.A.W)
Sumber: