Search
Close this search box.

 

SuaraKita.org  – Aparat Kepolisi di kota Daegu Korea Selatan telah memberikan izin untuk acara LGBT Pride Parade yang dijadwalkan pada Sabtu (29 Juni) berlangsung.

Keputusan ini muncul ditengah ketidaksetujuan dari sebagian besar kelompok Kristen, kelompok anti-LGBT konservatif yang terus mengganggu acara kebanggaan di seluruh wilayah Korea Selatan.

Polisi pada Senin (24 Juni) mengatakan kebebasan berkumpul dilindungi oleh konstitusi. Mereka berjanji akan menghukum campur tangan apa pun dengan demonstrasi itu.

Kepolisian Daegu mendapat kecaman tahun lalu karena gagal mencegah kekerasan terjadi saat parade.

Mereka berjanji untuk ‘menjalankan peran kita sebagai agen perlindungan hak asasi manusia … dan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa hak untuk melakukan aksi dan protes dijamin sepenuhnya sambil meminimalkan ketidaknyamanan bagi warga’ menurut media setempat.

Daegu Queer Culture Festival telah memberikan pelatihan HAM kepada polisi Daegu setelah acara tahun lalu.

Solidaritas Kristiani Anti-Homoseksualitas mengecam keputusan polisi sebagai sesuatu yang ‘menyedihkan’.

Dikatakan festival LGBT  ‘bertentangan dengan standar etika Korea’.

Hak LGBT di Korea Selatan

Homoseksualitas adalah legal di Korea Selatan. Tetapi sikap konservatif, terutama di kalangan orang Kristen, memaksa banyak LGBT Korea Selatan untuk tidak coming out.

Saat ini juga tidak ada undang-undang diskriminasi untuk melindungi LGBT Korea dan belum ada pengesahan hukum kesetaraan pernikahan.

Dalam laporan dunia 2019, Human Rights Watch (HRW) mengatakan para pemimpin tidak berbuat banyak untuk melindungi hak-hak LGBTI di Korea Selatan .

Gerakan LGBT di negara itu telah memicu reaksi konservatif , HRW memperingatkan.

Demonstran Kristen dan anti-LGBT telah mengganggu acara parade LGBT di seluruh wilayah Korea Selatan pada tahun lalu.

Kelompok-kelompok tersebut menekan pihak berwenang untuk menolak izin dan mengganggu kegiatan.

Penyelenggara dan saksi dari Incheon Queer Culture Festival (IQCF) mengatakan sekitar 1.000 demonstran anti-LGBTI dan Kristen secara verbal dan fisik melecehkan peserta pawai pada bulan September tahun lalu.

Pejabat kota Incheon telah menolak permintaan panitia penyelenggara untuk menjadi tuan rumah acara tersebut, dengan alasan kurangnya parkir. Penyelenggara, oleh karena itu, mengajukan banding dan bersumpah untuk tetap melakukan parade.

Di Busan, butuh ribuan polisi untuk menjaga acara LGBT Pride Parade agar bebas dari kekerasan.

Di Jeju, sekitar 50 demonstran merentangkan spanduk, menjamah peserta LGBT, dan berbaring di jalan untuk mencegah parade LGBT lewat, menurut peserta. (R.A.W)

Sumber:

GSN