Search
Close this search box.

SuaraKita.org – Selama ini proses pencarian games dalam Steam dapat dilakukan menggunakan sistem tag. Buka saja laman utama dalam website Steam dan dengan mudahnya kita akan menemukan tags seperti “Souls-like”, “Difficult” sampai “Action”. Pilih salah satu tag dan kita akan dibawa ke laman baru yang memiliki hubungan dengan tags tersebut. Tidak hanya itu, sistem algoritma rekomendasi dalam Steam pun mengandalkan sistem tag, yang artinya game baru yang direkomendasikan kepada pengguna akan menyesuaikan dengan tag tersebut. Masalahnya, selama bertahun-tahun Steam belum mencantumkan tag LGBT” secara resmi dalam laman Steam. Sampai akhirnya Valve, pengembang Steam, menambahkan “LGBT” secara resmi sebagai tag setelah salah satu pengembang mengangkat isu ini.

Sejak tahun 2014, pengguna dan pengembang yang ada di dalam Steam dapat menambahkan tag-nya sendiri dalam games mereka, bahkan Steam memiliki ratusan tag namun banyak yang tidak resmi. 15 tag teratas akan menentukan laman game yang mana yang akan muncul. Selain itu, tag juga akan memengaruhi rekomendasi yang akan muncul di laman pengguna sesuai dengan klasifikasi tag yang ada.

Games kecil memiliki ketergantungan hidup dari kemungkinan untuk ditemukan oleh para pengguna. Walaupun pengguna dapat menambahkan tag apapun yang mereka mau, pengembang game terkait dapat menghapus tag yang ada. Lagipula, tag yang ditambahkan oleh pengguna tidak dapat dilihat oleh pengguna yang lain sehingga tidak memiliki pengaruh apa-apa.

Pada tahun 2018, Valve sempat melakukan menghapus beberapa tag yang tidak memiliki kaitannya dengan laman yang ada di Steam, termasuk tag LGBT yang saat itu masih belum resmi.

Setahun kemudian, atas permintaan salah satu pengembang, Yitz dalam forum para pengembang Steam, tag “LGBT” pun akhirnya diresmikan.

Bermula ketika  Yitz, salah satu pengembang salah satu game di Steam seperti RPG GAME Nepenthe dan puisi bergambar To The Dark Tower mengangkat permasalah ini. Menurutnya, puisi yang ia kerjakan mengangkat tema LGBT sehingga ia memerlukan tag yang baru.

“Kami mencoba untuk mengartikan beberapa lirik yang cukup aneh dalam puisi yang menjadi dasar dari game kami (‘Childe Roland To The Dark Tower Came‘ oleh Robert Browning), ketika kami akhirnya menemukan bahwa inti dari puisi tersebut adalah tentang seorang pria gay di abad pertengahan yang sedang galau memikirkan apakah cintanya layak untuk dikorbankan, beberapa kotradiksi yang ditemukan oleh ahli dapat dipecahkan dengan mudah,” jelas Yitz melalui Direct Message Twitter kepada Kotaku. “Kami hanya penasaran, dan belum menemukan bahwa penulisnya, Robert Browning, adalah seorang bisexual, dan ketika ia menulis puisi tersebut ia sedang berurusan dengan masalah yang sama yang dihadapi oleh narator dalam puisi tersebut.”

Menyadari hal ini, Yitz kemudian menghubungi Valve secara langsung tentang tidak adanya tag “LGBT” namun tidak berhasil. “Kami terbuka untuk mengesahkan tag baru berdasarkan situasi yang ada dan sesuai dengan fitur yang dapat diaplikasikan ke dalam beberapa game,” jawab Valve pada Yitz melalui email, yang kemudian ditunjukkan kepada Kotaku. “Jika anda memiliki pendapat anda mengenai tag ini, anda bisa menyampaikan hal ini ke dalam Steamwork Discussions.”

Yitz bersikukuh dan mencoba Steamwork Disucussions dan memulai diskusi dengan menjelaskan keadaanya. “Saya kira akan tepat untuk menambahkan tag ‘LGBTQ’ atau setidaknya ‘Diversity (keanekaragaman),” kata Yitz dalam surat terbukanya. “Saya kaget karena tag seperti itu tidak diberikan sebagai pilihan yang memungkinkan. Ataupun tag yang serupa. Tag yang paling dekat dengan ‘Diversity’ adalah ‘Female Protagonist’, yang sangat terbatas untuk ditemukan apabila topik keberagaman dalam games diangkat.

Tidak semua komentar mendukung pendapat Yitz. “Apabila anda menikmati game tersebut hanya karena tokoh protagonist nya LGBT, maka sebenarnya anda tidak terlalu menikmati game tersebut,” balas salah satu pengembang.

Yitz juga meminta pendapat pada pengembang game queer, hanya untuk memastikan bahwa tag “LGBT” tidak akan menimbulkan masalah yang lain. Masalahnya adalah Internet troll akan menyalahgunakan tag ini untuk memancing keributan.  Internet troll mengacu pada orng yang mengirim pesan dengan tujuan mencari masalah dan menimbulkan keributan kepada pengguna internet yang lainnya. Yitz hanya khawatir tag “LGBT” akan memancing troll untuk datang dan memancing keributan.

“Tidak masalah juga,” jawab NoHua, seorang pengembang yang sekarang sedang mengembangkan game RPG bercocok tanam yang bernama Freyr. “Troll akan ada di sana selamanya.”

“Saya malah berpikir yang lain: seseorang membeli game saya dan menjadi kecewa hanya karena ada hal gay di dalamnya,” kata pengembang yang lain, Erik Sheader.

Kemudian masalah lain pun diangkat: Pengguna mungkin saja, contohnya, menggunakan tag tersebut untuk memasarkan game nya menggunakan tag “LGBT” walaupun game tersebut sama sekali tidak mengandung isu LGBT. Hal ini merupakan kelemahan sistem dari Valve, dan hal ini juga memudahkan pengguna untuk menemukan dam membeli game yang bersangkutan dengan topik ini.

Meskipun demikian, seorang karyawan Valve memberikan respon pada diskusi yang dimulai oleh Yitz ini dengan menjawab bahwa Valve telah menambahkan tag yang baru, “LGBT” dan telah disahkan oleh Valve. Memang belum begitu terkenal, tetapi akhirnya Valve merilis tag yang baru tersebut.

Tags seperti ini sangat penting karena mereka digunakan untuk mengklasifikasikan game yang ada berdasarkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi pengalaman dari pengguna, dan rekomendasi game yang ditunjukkan,” katanya. “Contohnya kalau saya suka dengan game yang memiliki tag ‘Psychological Horror’ Steam akan memberikan rekomendasi game dengan tag seperti ‘Psychological Horror’. Sekarang kalau saya ingin bermain game yang berhadapan dengan peran dari sebuah gender, Steam tidak akan tahu bagaiamana mengatasi hal ini.”

Yitz senang karena ia dapat berkontribusi dalam hal yang baru ini. Ia juga kaget bahwa Valve mengambil tindakan secepat itu dan ia harap, hal ini akan terus berlanjut di kemudian hari.

“Kebutuhan pengguna dan pengembang ditentukan oleh kita sendiri, para pengguna dan pengembang, dan mulai sekarang kita harus lebih giat untuk melakukan suatu perubahan,” katanya. “Saya senang Steam meresponnya dengan cepat, dan saya harap mereka akan terus terbuka pada perubahan di kemudian hari.”  (K.O)

Sumber:

kotaku